GERPOLEK
Gerilya - Politik - Ekonomi
Tan Malaka (1948)
KATA PENGANTAR
Sudah kepinggir kita terdesak!Sampailah konon sisa-ruangan yang tinggal bagi kita dalam hal politik, ekonomi, keuangan, dan kemiliteran.
Inilah hasilnya lebih dari pada dua tahun berunding!
Lenyaplah sudah persatuan Rakyat untuk menentang kapitalisme-imperialisme! Lepaslah sebagian besar daerah Indonesia ke bawah kekuasaan musuh. Kembalilah sebagian besar bangsa Indonesia ke bawah pemerasan-tindasan Belanda. Berdirilah pelbagai Negara boneka dalam daerah Indonesia, yang boleh diadu-dombakan satu dengan lainnya! Kacau-balaulah perekonomian dan keuangan dalam daerah Republik sisa. Akhirnya, tetapi tak kurang pula pentingnya terancamlah pula Tentara Republik oleh tindakan REORGANISASI DAN RATIONALISASI yang dalam hakekatnya menukar Tentara Republik menjadi tentara Kolonial: SATU TENTARA TERPISAH DARI RAKYAT UNUTK MENINDAS RAKYAT ITU SENDIRI.
Alangkah besar perbedaannya keadaan sekarang dengan keadaan pada enam bulan permulaan Revolusi!
Dikala itu 70 juta Rakyat Indonesia bertekat satu menentang kapitalisme/imperialisme! Segala alat dan sumber kekuasaan berada di tangan Rakyat Indonesia. Semua sumber ekonomi dipegang oleh Rakyat sendiri. Seluruhnya Rakyat serentak mengambil inisiatif membentuk laskar dan Tentara, mengadakan penjagaan di sepanjang pantai dan di tiap kota dan desa dan serentak-serempak mengadakan pembelaan dan penyerbuan!
Dapatkah dikembalikan semangat 17 Agustus?
Sejarah sajalah kelak yang bisa memberi jawab!
Tetapi sementara putusan Sejarah itu dijalankan, maka kita sebagai manusia dan anggota masyarakat ini tak boleh diam berpangku tangan saja melihat gelombang memukul-mukul geladak Kapal Negara, yang sedang terancam karam itu.
Saya rasa salah satunya Daya-Upaya untuk menyelamatkan Kapal Negara yang terancam karam itu, ialah pembentukan Laskar Gerilya dimana-mana, di darat dan di laut! Perasaan perlunya dibentuk laskar Gerilya dimana-mana itulah yang sangat mendorong saya, merisalah “SANG GERILYA” ini!
Malangnya sedikit, penulis ini bukanlah seorang Ahli-Kemiliteran. cuma ada sedikit banyak bergaul dengan prajurit di dalam ataupun di luar negeri dan memangnya selalu tertarik oleh ilmu kemiliteran.
Pengetahuan yang dipakai buat membentuk risalah ini adalah pengetahuan yang diperoleh dari percakapan dengan para prajurit itu serta dari pembacaan Buku dan Majalah Kemiliteran. Tetapi bukanlah hasil pembacaan yang masih segar-bugar. Melainkan sebagian besarnya adalah hasil pembacaan lebih dari pada 30 tahun lampau.
Tertumbuklah kemauan penulis ini hendak menjadi opsir di masa berusia pemuda di Eropa, pada pelbagai halangan dan rintangan maka terbeloklah perhatian kepada pembacaan beberapa Buku dan Majalah Militer, dalam suasana Perang-Dunia Pertama. Pengetahuan yang diperoleh di masa itulah yang masih dipegang sekarang!
Pengetahuan itu memangnya mendapat beberapa perubahan selama bertahun-tahun di luar Negeri. Tetapi tinggal pengetahuan lama dan keadaan berada di antara empat tembok batu di belakang ruji-besi ini sama sekali tak ada pustaka kemiliteran, untuk menguji kembali pengetahuan yang dipergunakan dalam Risalah ini sebagai bahan.
Dalam keadaan begini, maka mungkin sekali beberapa Hukum Keprajuritan, yang terpaksa dibentuk sendiri itu kurang tepat atau kurang memadai. Tetapi mengharap dan percaya sungguh, bahwa para Ahli dan Pahlawan akan mengambil yang baiknya saja dan akan membuang yang buruk; seterusnya akan menambah yang kurang dan mengurangi yang berlebih. Kami mengharap dan percaya pula, bahwa para Ahli dan Pahlawan akan memaafkan semua kekurangan dan kesalahan kami.
Pokok perkara buat kami dalam keadaan terpaksa terpisah dari Masyarakat ini, bukanlah terutama MENYELESAIKAN soal Militer, sebagai bagian terpenting dari Revolusi ini, tetapi untuk MEMAJUKAN soal ini.
Mudah-mudahan para-teman-seperjuangan yang lebih ahli dan lebih berpengalaman dalam keprajuritan itu, kelak akan mengambil inisiatif mengarang buku kemiliteran itu, yang lebih sempurna. Buku semacam itu perlu sekali buat mempopulerkan ilmu-keprajuritan di antara Rakyat serta Pemuda kita justru sekarang ini!
Perkara latihan dan teknik Perang sengaja tiada kami majukan disini! Dalam hal ini latihan-Jepang selama dua-tiga tahun dan teristimewa pula latihan dan teknik perang selama dua-tiga tahun bertempur di medan peperangan Indonesia yang sesungguhnya itu, kami rasa sudah lebih dari pada memadai, dan diketahui oleh pulu ribuan prajurit kita sekarang.
Yang kami majukan disini cuma beberapa Hukum-Kemiliteran yang kami rasa amat penting! Hukum Kemiliteran itulah, disamping pengetahuan yang lain-lain tentang politik dan ekonomi yang kami rasa harus dimiliki oleh SANG GERILYA, sebagai anggota atau pemimpin Laskarnya.
Taktik Gerilya yang mengacau-balaukan Tentara Napoleon di Spanyol pada abad yang lalu; taktik Gerilya sekepal Laskar-Boor yang mengocar-kacirkan Tentara Inggris yang kuat-modern pada permulaan abad ini di Afrika-Selatan, taktik Gerilya yang memusing-menggila-bingungkan Tentara ber-mesinnya Fasis Jerman di Rusia pada perang Dunia kedua yang baru lalu ini ……………. Taktik dan Laskar Gerilya adalah senjata yang maha-tajam bagi Rakyat Miskin tertindas; bersenjata serba sederhana saja, untuk menghalaukan musuh yang bersenjatakan modern.
Mudah-mudahan Risalah, yang tertulis tergesa-gesa dalam keadaan serba sulit ini akan memberikan faedah kepada pemuda/pemudi, pahlawan-perwira pembela bangsa dan Masyarakat-Murba Indonesia Raya!
Rumah Penjara Madiun, 17 Mei 1948
Penulis
T A N M A L A K A
I. REPUBLIK INDONESIA KEDALAM DAN KELUAR
DUA MUSIM REVOLUSI
Banyak sekali perubahan, yang diderita oleh REPUBLIK INDONESIA, semenjak lahirnya pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 sampai sekarang 17 Mei 1948. Dalam 2 ¾ (dua tiga perempat) tahun berdirinya itu, maka merosotlah Republik itu dalam arti politik, ekonomi, kemiliteran, diplomasi dan semangat. Jika usianya republik kita bagi atas dua periode (musim) maka terbentanglah di depan mata kita musim JAYA BERJUANG dan musim RUNTUH BERDIPLOMASI.
Musim-jaya-bertempur jatuh pada kala, antara 17 Agustus 1945 sampai 17 Maret 1946. Berkenaan dengan peristiwa politik, maka tempoh jaya-bertempur itu terletak antara PROKLAMASI kemerdekaan dengan PENANGKAPAN para pemimpin Persatuan Perjuangan di Madiun. Musim-runtuk berdiplomasi jatuh pada kala antara 17 Maret 1946 sampai sekarang 17 Mei 1948. berkenaan dengan perstiwa politik, maka tempoh runtuh berdiplomasi itu terletak antara PENANGKAPAN Madiun dengan PERUNDINGAN sampai sekarang.
APAKAH DASAR UNTUK PEMBAGIAN ATAS DUA MUSIM ITU BERSAMAAN DENGAN POLITIK?
JAWAB: Penangkapan para pemimpin Persatuan Perjuangan berarti suatu percobaan pemerintah Republik menukar perjuangan MASSA AKSI atau AKSI MURBA dengan AKSI BERDIPLOMASI. Menukar diplomasi BAMBU RUNCING dengan DIPLOMASI BERUNDING. Menukar sikap “BERUNDING ATAS PENGAKUAN KEMERDEKAAN 100%” dengan sikap “MENCARI PERDAMAIAN DENGAN MENGORBANKAN KEDAULATAN, KEMERDEKAAN, DAERAH PEREKONOMIAN DAN PENDUDUK” yang pada musim jaya bertempur semuanya ini sudah 100% berada di tangan bangsa Indonesia. Tegasnya menukar sikapnya bertempur terus sebagai musuh lenyap berkikis dari seluruhnya daerah Indonesia dengan sikap menyerah terus menerus buat mendapatkan perdamaian dengan musuh.
APAKAH DASAR UNTUK PEMBAGIAN ATAS DUA MUSIM BERKENAAN DENGAN EKONOMI?
JAWAB: Menukar tindakan yang sudah mengembalikan semua milik musuh ke tangan rakyat Indonesia, yang berhak penuh atas MILIK MUSUH dengan usaha mengembalikan MILIK ASING walaupun MUSUH. Menukar kehendak membangunkan ekonomi atas Rencana sendiri, Tenaga sendiri, dan Bahan sendiri untuk Kemerdekaan seluruhnya Rakyat Indonesia dan kebahagiaan dunia lain dengan usaha KERJA-SAMA dengan KAPITALIS-IMPERIALIS BELANDA, yang sudah 350 tahun memeras dan menindas Rakyat Indonesia.
APAKAH DASAR UNTUK PEMBAGIAN ATAS DUA MUSIM BERDEKAAN DENGAN DIPLOMASI?
JAWAB: Menukar serangan terus menerus baik secara GERILYA ataupun secara GERAK-CEPAT (Mobile warfare) dengan maksud menghalaukan atau menghancurkan musuh dengan tindakan “CEASE-FIRE-ORDER” (gencatan senjata) dan tindakan mengosongkan “KANTONG”. Tegasnya menukar siasat keprajuritan yang bisa MELEMAHKAH dan akhrinya MENAKLUKKAN MUSUH dengan siasat yang MEMBERI KESEMPATAN PENUH KEPADA MUSUH untuk memperkokoh kedudukan dirinya sendiri serta memperlemah kedudukan kita.
APAKAH DASAR UNTUK PEMBAGIAN ATAS DUA MUSIM BERKENAAN DENGAN KEMILITERAN?
Berhubung dengan keterangan bekas perdana menteri Amir Sjarifudin dalam Sidang Mahkamah Tentara Agung dalam pemeriksaaan peristiwa 3 Juli, maka nyatalah bahwa penangkapan para pemimpin Persatuan Perjuangan di Madiun ada hubungannya dengan Diplomasi-Berunding. Menurut keterangan Amir Sjarifudin penangkapan tersebut dilakukan oleh Pemerintah Republik berdasarkan SIFAT PERMINTAAN dari DELEGASI INDONESIA.
DELEGASI adalah satu Badan Perantaraan Republik yang berhubungan dengan wakil Inggris dan Belanda di masa itu.
SURAT PERMINTAAN menangkap rupanya bukanlah atas inisiatif Pemerintah Republik. Kalau begitu maka surat-permintaan itu mestinya sebagai suatu “Concessie” (penyerahan hak) dari pihak Republik kepada Inggris-Belanda atas desakan Inggris-Belanda itu. Dalam hakekatnya maka pemerintah sudah menerima “permintaan” Negara-Musuh buat menangkap warga-negaranya sendiri. Cuma celakalah warga-negara yang menjadi korban concessie itu dan lebih celakalah pula, Negara Indonesia yang terlanggar kedaulatannya itu.
APAKAH AKIBAT PERTUKARAN SIKAP-TINDAKAN BERJUANG ITU DENGAN SIKAP-TINDAKAN-BERUNDING?
Pada sekalian pulau di Indonesia, dalam seluruhnya masyarakat dan pada tiap-tiap partai badan ketentaraan dan kelaskaran semangat berinisiatif, tabah-barani, dan bersatu menyerang bertukar menjadi semangat passief menerima, melempem, pecah belah dan curiga mencurigai.
PERHITUNGAN (BALANS)
Jika kita mengadakan perhitungan laba-rugi semenjak pertukaran musim
jaya-berjuang dengan musim runtuh-diplomasi, dalam hal politik, ekonomi,
militer dan sosial, maka kita akan memperoleh gambaran lebih kurang seperti
berikut:- POLITIK.
Di-Musim-Jaya-Berjuang.
Seluruhnya tanah yang lebih dari 700.000 mil persegi serta tanah dan pir yang lebih kurang 4.500.000 mil persegi itu berada di bawah kedaulatan Republik.
Di-Musim-Runtuh-Berunding.
Cocok dengan pengakuan “de facto” Linggarjati, maka tanah Jawa-Sumatra yang berada di bawah kekuasaan Republik luasnya cuma 210.000 mil persegi atau 30% dari seluruhnya daratan Indonesia. Dengan laut di pesisir Jawa / Sumatra kita menerima 225.000 mil persegi, atau + 1/20 = 5 % dari Tanah dan Air seluruhnya Indonesia.
Tetapi dengan perjanjian Renville, maka hasil perundingan tadi sudah merosot lebih rendah lagi. Enam atau tujuh daerah di Jawa terpencar dari – dan beberaa daerah di Sumatera belum lagi lebih dari 2% dari pada seluruhnya Tanah dan Lautan Indonesia.
B. TENTANGAN PENDUDUK.
Di-Musim-Jaya-Berjuang.
Semuanya penduduk yang jumlahnya 70 juta berada di bawah kedaulatan Negara Republik Merdeka.
Di-Musim-Runtuh-Berjuang.
Dengan menerima “de facto” Jawa, Sumatera, maka Republik AKAN menerima kasarnya 50 juta penduduk. Ini AKAN berarti sedikit lebih 70% penduduk.
Tetapi dengan penandatanganan RENVILLE dan langsung berdirinya atau akan berdirinya Empat atau lebih “Negara” Baru dalam daerah Jawa-Sumatra sendiri (ialah: Negara Sumatera Timur, Negara Jawa Barat, Negara Jawa Utara, Negara Jawa Timur (Blambangan), Negara “Batavia” dll) maka Republik akan meliputi paling mujurnya cuma 23 juta jiwa. Jadi kasar cuma 33% dari seluruhnya Indonesia.
2. EKONOMI.
A. TENTANG PRODUKSI.
Di-Musim-Jaya-Berjuang.
Semua kebun (getah, kopi, kina, sisal dll) semuanya tambang (minyak, arang, timah, bauxit, emas, perak dll), baik kepunyaan musuh ataupun sahabat berada di bawah kekuasaan Republik.
Di-Musim-Runtuh-Berunding.
Perjanjian Linggarjati dan Renville mengakui pengembalian Hak Milik Asing itu baikpun Milik Negara Sahabat, ataupun Miliknya Negara Musuh, ialah sesuatu Negara yang memasukkan tentaranya ke daerah Republik.
B. TENTANGAN PERHUBUNGAN.
Di-Musim-Jaya-Berjuang.
Semuanya alat pengangkutan di darat dan di laut dimiliki dan dikuasai oleh Republik.
Cuma auto, truk dan kereta untuk pengangkutan orang dan barang dari desa ke kota, ke pelabuhan dan semua perahu atau kapal yang ada atau yang akan dibikin untuk pengangkut orang dan barang dari pulau ke pulau dan kelak dari Indonesia ke Negara lain berada di tangan Rakyat Indonesia. Dengan demikian maka alat perdagangan yang terpenting dikuasai oleh Republik. Dengan adanya sebagian besar dari kebun, tambang, pabrik, alat pengangkutan serta pelbagai Bank di tangan Republik maka dengan cepat Rakyat Indonesia dapat melenyapkan kemundurannya dalam ekonomi. Dengan cepat pula Rakyat Indonesia dapat mengejar kemakmuran yang cukup tinggi buat tiap-tiap orang.
Di-Musim-Runtuh-Berunding.
Menurut Linggarjati dan Renville, maka Belanda berhak menuntut haknya kembali atas miliknya di Indonesia. Dengan demikian maka kelak Belanda akan mendapat kesempatan sepenuhnya menguasai kembali pengangkutan di daratan dan/atau di lautan Idnonesia. Dengan begitu maka Belanda dengan kebun, pabrik dan tambang serta semua Bank yang ada di tangannya akan kembali menguasai perdagangan baik ke dalam ataupun ke luar Indonesia seperti pada zaman “HINDIA BELANDA” sekarangpun selama musim perundingan ini, Belanda sudah dengan AMAN sekali memiliki dan menguasai hampir semua kebun, semua tambang semua pabrik dan semua pelabuhan penting di Indonesia ini. Dengan begitu maka hampir semua export dan import berada ditangannya. Dengan memblokade Republik, maka perekonomian Republik mendapat hambatan yang hebat.
3. MILITER.
Di-Musim-Jaya-Berjuang.
Semua gunung, lapangan terbang yang penting buat pertahanan tentara dan Angkatan Udara, beserta pelbagai senjata berada di tangan rakyat serta pemuda Republik. Semua pelabuhan yang penting buat perdagangan dan pembelaan tetap berada di tangan Republik, semua senjata dari granat tangan sampai bom-peledak dari pistol sampai ke meriam, dari kapal perang sampai ke pesawat terbang dengan “BAMBU RUNCING” sebagai modal pertama, direbut oleh Rakyat/Pemuda dari Jepang dan Inggris.
Di seluruh kepulauan Indonesia tak ada bandar, kota dan desa yang terbuka bagi musuh. Tak ada lagi jalan yang tiada dihalangi dengan 1001 macam penghalang, sehingga mustahil buat MENCEDERA Rakyat/Pemuda yang siap sedia.
Di-Musim-Runtuh-Berunding.
Semuanya pelabuhan penting berkah diplomasi di Surabaya, Semarang, Jakarta, Palembang, Medan dan lain-lain Pelabuhan jatuh ke tangan Belanda.
Tiada berapa lagi banyaknya lapangan terbang yang berada di tangan Republik, yang dapat dipergunakan. Dengan mengosongkan “kantong” di Jawa Barat dan Jawa Timur, serta beberapa tempat di Sumatera, maka Belanda dengan ujung lidah dapat menguasai tempat yang dengan tank, meriam dan pesawat berbulan-bulan tak dapat direbutnya.
Dengan terus menerus mengirimkan bala-bantuan dan mengusulkan “gencatan senjata” kalau terdesak ke laut dan mendapatkan “rasionalisasi” dari pihak Republik, maka Belanda berada dalam kedudukan jauh lebih kuat dari pada ketika gencatan Perang pertama pada bulan Oktober tahun 1946.
4. SOSIAL-POLITIK.
Di-Musim-Jaya-Berjuang.
Perpecahan di antara Partai dan Partai, Badan dan Badan serta Laskar dan Laskar yang timbul pada permulaan Revolusi oleh “PERSATUAN PERJUANGAN”, yang didirikan pada tangal 4-5 Januari 1946 di Purwokerto dapat dipersatukan kembali. 114 organisasi yang terdiri hampir semua Partai, Badan dan Ketentaraan bergabung dalam Persatuan Perjuangan untuk menentang musuh bersama atas dasar MINIMUM PROGRAM yang disetujui Bersama.
Di-Musim-Runtuh-Berunding.
Baru saja perundingan dimulai dan “Persatuan Perjuangan” diganti dengan “Konsentrasi Nasional”, maka timbullah pertentangan tajam antara yang setuju dengan perjanjian Linggarjati dan yang Anti-perjanjian tersebut. Partai pecah menjadi golongan yang pro dan yang anti terhadap Persetujuan Linggarjati. Sekarang (Mei 1948) kita mendengar nama Sayap Kanan, Sayap Kiri dan aliran “lebih Kiri dari Kiri”. Hampir tiap-tiap partai pecah. Pula PKI sudah pecah menjadi tiga macam, PKI lama, PKI Merah dan PKI. PBI pecah dua Partai Sosialis pecah dua pula dsb. Entah berapa front didapat sekarang dan entah berapa pula Sarekat Sekerja yang sekarangnya bersatu itu. Semua perpecahan itu memudahkan Belanda memasukkan kolonne ke 5-nya ke dalam semua Badan, Kelaskaran dan Partai sampai ke dalam Tentara, Adminitrasi dan Pemerintah.
KESIMPULAN.
Dengan adanya kedaulatan di tangan Raja Belanda menurut Linggarjati serta adanya nanti kurang atau lebih dari selusin Negara Boneka, dengan kembalinya kelak hampir semua kebun, pabrik, tambang, dan alat pengangkutan serta Bank di tangan Asing, dengan beradanya hampir semua tempat, yang mengandung banyak bahan-logam dengan aman di daerah pendudukan Belanda, dengan adanya kekuatan militer Belanda di bumi Indonesia serta blokkade yang terus dilakukan oleh Belanda terhadap Republik, dengan mudah masuknya kolonne ke-5 Belanda ke dalam organisasi, administrasi, kemiliteran serta pemerintahan Rakyat Indonesia, maka menurut Rencana Renville itu sekarang tak akan lebih dari pada 10% kekuasaan lahir yang masih berada di tangan Republik Indonesia.
II. G E R P O L E K.
Apakah artinya GERPOLEK?Gerpolek adalah perpaduan (Persatuan) dari suku pertama dari tiga perkataan, ialah Gerilya, Politik, dan Ekonomi.
Apakah gunanya GERPOLEK?
GERPOLEK adalah senjata seorang Sang Gerillya buat membela PROKLAMASI 17 Agustus dan melaksanakan Kemerdekaan 100 % yang sekarang sudah merosot ke bawah 10 % itu!
Siapakah konon SANG GERILYA itu?
SANG GERILYA, adalah seorang Putera/Puteri, seorang Pemuda/Pemudi, seorang Murba/Murbi Indonesia, yang taat-setia kepada PROKLAMASI dan KEMERDEKAAN 100 % dengan menghancurkan SIAPA SAJA yang memusuhi Proklamasi serta kemerdekaan 100 %.
SANG GERILYA, tiadalah pula menghiraukan lamanya tempoh buat berjuang! Walaupun perjuangan akan membutuhkan seumur hidupnya, Sang Gerilya dengan tabah-berani, serta dengan tekad bergembira, melakukan kewajibannya. Yang dapat mengakhiri perjuangannya hanyalah tercapainya kemerdekaan 100 %.
SANG GERILYA, tiadalah pula akan berkecil hati karena bersenjatakan sederhana menghadapi musuh bersenjatakan serba lengkap. Dengan mengemudikan TAKTIK GERILYA, Politik dan Ekonomi, tegasnya dengan mempergunakan GERPOLEK, maka SANG GERILYA merasa HIDUP BERBAHAGIA, bertempur-terus-menerus, dengan hati yang tak dapat dipatahkan oleh musim, musuh ataupun maut.
Seperti Sang Anoman percaya, bahwa kodrat dan akalnya akan sanggup membinasakan Dasamuka, demikianlah pula SANG GERILYA percaya, bahwa GERPOLEK akan sanggup memperoleh kemenangan terakhir atas kapitalisme-imperialisme.
III. JENISNYA PERANG.
Cocok dengan hasratnya Negara yang berperang-perangan, baiklah peperangan itu kita bagi atas dua jenis saja. Pembagian yang dimaksudkan itu berdasarkan pertentangan yang nyata. Jadi bagian yang satu sama lainnya, tiadalah tutup-menutupi, melainkan benar-benar berpisah-pisahkan.PERANG JENIS PERTAMA, ialah: Perang yang dilakukan oleh satu Negara Ceroboh terhadap Negara lain dengan maksud memeras dan menindas Negara lain itu.
PERANG JENIS KEDUA, ialah: Perang yang disambut oleh satu Negara yang diserang untuk mengelakkan diri dari serangan atau bagi membebaskan diri dari pemeras dan penindas Negara lain yang sudah berlaku.
Kita namakan saja Perang jenis-pertama itu PERANG PENINDASAN dan Perang jenis-kedua itu PERANG KEMERDEKAAN. Syahdan maka kebanyakan peperangan dijalankan di zaman feodal itu dikala NEGARA REBUT NEGARA, di benua Asia, Afrika dan Eropa, yang banyak kita kenal dalam cerita dan dongeng adalah Perang Penindasan. Perang Penindasan yang dilakukan di zaman kapitalisme ini kita sebut PERANG IMPERIALISME. Hasratnya peperangan imperialisme itu ialah:
Pertama: untuk merebut bahan-pabrik serta bahan makanan dari Negara yang hendak ditaklukkan itu.
Kedua : untuk merebut pasarannya Negara Takluk dan Negara jajahan itu buat menjualkan barang pabriknya Negara Menang atau Negara Penjajah.
Ketiga: Untuk menanamkan modal kaum penjajahan dalam kebun tambang, pabrik, pengangkutan, perdagangan serta Bank Asuransinya di jajahan dan dikuasainya itu.
Ketiga hasrat itu pada satu pihak menyebabkan bertambah kaya-raya dan kuasanya kaum-kapitalis di Negara Penjajah itu. Di lain pihak menyebabkan bertambah miskin, melarat dan bodohlah Rakyat di jajahan itu. Tetapi sebaliknya pula dengan bermerajalelanya kemelaratan dan tindasan itu, maka timbullah pula gerakan kemerdekaan buat melepaskan diri dari pada pemerasan dan tindasan itu. Gerakan kemerdekaan itu pada satu tempo di satu tempat bisa meletus menjadi perang kemerdekaan. Perang Kemerdekaan itulah yang tadi di atas kita masuklah ke dalam Jenis-Kedua.
Baik di zaman feodal ataupun di zaman kapitalisme ini Perang Kemerdekaan itu sering pula terjadi. Perang Kemerdekaaan itupun boleh pula kita bagi atas dua golongan, ialah:
Pertama: Perang Kemerdekaan yang dilakukan oleh penduduk Jajahan melawan Negara Penjajahan buat melepaskan belenggu yang dipasangkan oleh Negara Penjajahan itu atas dirinya. Perang Kemerdekaan semacam ini sering disebut juga PERANG KEMERDEKAAN NASIONAL. Perang Kemerdekaan Nasional yang masyur sekali di abad ke-18, ialah perang kemerdekaan yang jaya, antara Amerika Terjajah dan Inggris Penjajah. Lamanya Perang itu adalah lebih kurang tujuh tahun. Tetapi perang kemerdekaan nasional di Amerika tiadalah berlaku antara dua bangsa yang berlainan, melainkan di antara satu bangsa, ialah bangsa Anglo Saxon.
Kedua: Perang Kemerdekaan oleh satu kelas dalam Negara melawan kelas lain di antara sesama bangsa dan di dalam satu Negara. Perang Kemerdekaan semacam ini disebut juga PERANG SAUDARA atau PEPERANGAN SOSIAL. Perang saudara atau perang sosial ini mempunyai dua corak pula. Yang pertama bercorak BORJUIS dan yang kedua bercorak PROLETARIS. Contoh yang masyhur buat perang kemerdekaan borjuis berlaku di Perancis pada tahun 1789 sampai 1848. Pada perang saudara atau perang sosial ini kaum borjuis melawan kaum feodal dan pendeta. Perang kemerdekaan yang meletus pada tahun 1789 ini terakhir lebih kurang pada tahun 1848 dengan kemenangan kaum borjuis. Contoh yang agak masyhur pula buat perang proletar terdapat di Perancis pula, ialah pada tahun 1871. Dalam perang kemerdekaan proletaris ini, kaum proletar Paris merebut dan memegang kekuasaan di kota Paris selama kurang lebih 72 hari saja. Di Rusia pada tahun 1917 berlakulah berturut-turut revolusi-borjuis dan revolusi (perang) kemerdekaan proletaris. Pada tingkat pertama kaum borjuis menyingkirkan kaum feodal dan pada tingkat kedua kaum proletar dengan kekerasan menghancur-leburkan keduanya kaum feodal, pendeta dan kaum borjuis. Ada pula orang menyebut-nyebut perang ideologis! Tetapi kalau ditinjau lebih dalam, maka perang-ideologispun mengandung dasar yang nyata, ialah hasrat politik dan ekonomi yang mengakibatkan atau mewujudkan dan keuntungan politik dan ekonomi juga.
SCHEMA
Dua jenis PEPERANGAN
Jenis I: Perang Penindasan.Jenis II: Perang Kemerdekaan.
Contoh: Kebanyakan peperangan di Asia, Afrika dan Eropa, termasuk Peperangan dunia ke I dan ke II. Golongan ke I terjajah melawan penjajahan (Perang Kemerdekaan Nasional).
Contoh: Amerika Serikat melawan Kerajaan Inggris (tahun 1776-1783). Golongan ke 2 Kelas Tertindas melawan Kelas Penindas.
Corak I: Borjuis Melawan feodal, seperti di Perancis (tahun 1789 dan 1884).
Corak II: Kaum proletar melawan Borjuis dan feodal, seperti di Rusia (tahun 1917).
IV. PERANG DI INDONESIA
Yang dimaksudkan, ialah perang melawan Jepang, Inggris dan Belanda semenjak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.APAKAH JENIS, GOLONGAN DAN CORAK PERANG INDONESIA ITU?
Bagi bangsa Indonesia sendiri, maka perang yang dilakukannya semenjak Proklamasi itu, bukanlah satu peperangan untuk menindas bangsa Asing. Dalam semua pertempuran yang sudah berlalu sampai sekarang Rakyat Indonesia sama sekali tiada mempunyai hasrat hendak merampas Negara Asing, serta memeras dan menindas Rakyatnya Negara Asing itu. Rakyat/Pemuda Indonesia cuma mempunyai satu hasrat, ialah memerdekakan Negaranya dari Kedaulatan dan Kekuasaan bangsa Asing. Untuk melaksanakan hasratnya itulah, maka pada tanggal 17 Agustus 1945 diproklamirkan dan dibentuk Republik Indonesia. Nyatalah sudah bahwa peperangan yang dilakukan oleh Rakyat Indonesia selama ini termasuk ke dalam JENIS PERANG KEMERDEKAAN.
APAKAH PERANG KEMERDEKAAN INDONESIA SEMATA-MATA PEPERANGAN YANG DITIMBULKAN OLEH REVOLUSI NASIONAL SEMATA-MATA IALAH SATU REVOLUSI YANG MAKSUDNYA SEMATA-MATA UNTUK MELEPASKAN DIRI DARI KEDAULATAN ATAU KEKUASAAN ASING, JADI CUMA MEREBUT KEMBALI KEKUASAAN POLITIK BELAKA?
Di Amerika pada masa belum ada pabrik-bermesin dan belum ada kereta api, jadi dimana pencarian hidup masih berdasarkan pertanian atau perusahaan tangan belaka, REVOLUSI NASIONAL itu dapat dilakukan dengan tiada banyak menyangkut-nyangkut urusan ekonomi. Mungkin di Amerika masih bersahaja dalam ekonomi itu Inggris dapat bertolak dengan tiada meninggalkan pabrik, kebun, tambang dan kereta ataupun perkapalan di Amerika Utara itu. Rakyat yang ditinggalkan ialah bangsa Inggris pula. Yang mengambil oper kedaulatan dan kekuasaan politik itu, ialah bangsa Inggris (Anglo Saxon) juga.
Tetapi bangsa Belanda yang memiliki kebun, tambang, pabrik, kereta, perkapalan dan Bank-Asuransi di Indonesia tiadalah mungkin mau menyerahkan begitu saja semua kedaulatan dan kekuasaaannya kepada bangsa Indonesia. Teristimewa pula karena bangsa Indonesia itu umumnya tiada mempunyai kebun, pabrik, pengangkutan dan Bank yang serba besar itu. Di mata Belanda penyerahan semua kedaulatan dan kekuasaan politik itu kepada Bangsa Indonesia berarti membahayakan harta-benda perusahaan dan bangsanya di Republik Indonesia ini. Belanda takut, kalau-kalau hak miliknya akan dipajaki, dibeyai atau diganggu oleh Pemerintah Bangsa Indonesia, dan takut perusahaannya dimogoki oleh pekerja Indonesia atau sama sekali dirampas oleh bangsa Indonesia. Dengan perkataan lain, Belanda tak akan mau menyerahkan semua kekuasaan dan kedaulatan itu kepada bangsa Indonesia, tanpa Perkelahian.
Sebaliknya pula buat Rakyat Murba Indonesia mengembalikan kedaulatan dan kekuasaan politik saja kepada Bangsa Indonesia, belum berarti apa-apa. Seandainya kedaulatan dan Kekuasaan politik dikembalikan kepada bangsa Indonesia serta semua cabang Pemerintahan dipegang oleh orang Indonesia seperti Professor Husein Djajadiningrat, Kolonel Abdulkadir dan Sultan Hamid tetapi semua kebun, pabrik, tambang, kereta, Bank dll masih berada di bawah tangan Asing, maka KEMERDEKAAN NASIONAL, semacam itu buat kaum Murba sama artinya dengan keadaan di “Hindia Belanda” dahulu. Ringkasnya KEMERDEKAAN NASIONAL saja, KEMERDEKAAN POLITIK saja, belum lagi berarti apa-apa buat Murba Indonesia, yakni buruh, tani dan Rakyat-Jembel Indonesia.
Di Indonesia ini, Belanda tidak bisa memberikan KEMERDEKAAN NASIONAL, yang penuh kepada bangsa Indonesia dengan tiada membahayakan Hak Milik dan pencahariannya sebagai kapitalis besar. Rakyat Indonesia tiadalah bisa memperoleh jaminan bagi hidupnya dengan mendapatkan HAK-POLITIK, ialah Kedaulatan dan Kekuasaan politik semata-mata, bilamana kapitalis Asing masih terus merajalela disini. Urusan politik dan ekonomi tak bisa lagi dipisah-pisahkan di Indonesia! PERANG KEMERDEKAAN Murba Indonesia berarti keduanya kemerdekaan politik dan perjuangan buat jaminan ekonomi. Berarti KEMERDEKAAN NASIONAL, yang serentak menjamin keadaan ekonomi dan sosial. Hasrat perang kemerdekaan Indonesia tiada saja untuk melenyapkan tindasan politik imperialisme, tetapi juga untuk melenyapkan pemerasan dan mendapatkan jaminan hidup dalam masyarakat baru yang diperjuangkan itu.
Revolusi Indonesia, bukanlah Revolusi Nasional SEMATA-MATA, seperti diciptakan beberapa gelitir orang Indonesia, yang maksudnya cuma membelea atau merebut kursi buat dirinya saja, dan bersiap sedia menyerahkan semua sumber pencaharian yang terpenting kepada SEMUANYA bangsa Asing, baik MUSUH atau sahabat. Revolusi Indonesia, mau tak mau terpaksa mengambil tindakan ekonomi dan sosial serentak dengan tindakan merebut dan membela kemerdekaan 100%. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak bisa diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi-nasional saja. Perang kemerdekaan Indonesia harus DI-ISI dengan jaminan sosial dan ekonomi sekaligus.
Baru kalau disamping kekuasaan politik 100 % berada lebih kurang 60 % kekuasaan atas ekonomi modern di tangan Murba Indonesia, barulah revolusi-nasional itu ada artinya. Barulah ada jaminan hidup bagi Murba Indonesia. Barulah pula kaum Murba akan giat bertindak menghadapi musuh dan mengorbankan jiwa raganya buat memperoleh masyarakat baru bagi diri dan turunannya. Baru apabila para wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat Indonesia sendiri atas pemilihan yang demokratis (umum langsung dan rahasia); baru apabila para wakil rakyat yang sesungguhnya itu memegang pemerintah Indonesia, disamping lebih kurang 60 % kebun, pabrik, tambang pengangkutan dan Bank Modern berada di tangan rakyat Indonesia, barulah revolusi-nasional ada artinya dan ada jaminannya, bagi Murba – Indonesia. Tetapi jika Pemerintah Indonesia kembali dipegang oleh kaki tangan kapitalis Asing, walaupun bangsa Indonesia sendiri, dan 100 % perusahaan modern berada di tangan kapitalis-asing, seperti di zaman “HINDIA BELANDA”, maka revolusi nasional itu berarti membatalkan Proklamasi dan kemerdekaan Nasional dan mengembalikan Proklamasi dan kemerdekaan Nasional dan mengembalikan kapitalisme dan imperialisme International.
Sesungguhnya dengan kecerobohan Belanda dengan tentaranya menyerang Republik Indonesia dengan maksud hendak meruntuhkannya, maka Indonesia Merdeka semenjak 17 Agustus 1945 itu sudah berhak penuh MENYITA hak-milik si penyerang si-Ceroboh. Proklamasi Kemerdekaan Rakyat Indonesia pada tanggal 17 Agustus tidak bertentangan dengan Hukum-International, yang mengakui HAKNYA TIAP-TIAP BANGSA MENENTUKAN NASIBNYA SENDIRI. Sjahdan pada tanggal 17 Agustus Rakyat Indonesia sudah menetapkan hendak merdeka dan memutuskan semua macam belenggu, yang diikatkan oleh bangsa Asing kepadanya. Selainnya dari pada hak tersebut, maka menurut Hukum International pula, sesuatu Negara yang diserang oleh Negara lain berhak membela dirinya dengan senjata dan berhak pula MENYITA Harta-Benda si PENYERANG itu. Jadi penyerang Belanda terhadap Republik Indonesia itu sebenarnya memberi kesempatan bagus kepada bangsa Indonesia untuk MENYITA (artinya: memiliki tanpa mengganti kerugian hak-milik Belanda) yang sesungguhnya adalah hasilnya TANAH dan TENAGA MURBA INDONESIA setelah 350 tahun.
Ringkasnya bagi SANG GERILYA membela KEMERDEKAAN 100 %, serta MENYITA HAK MILIK MUSUH, adalah satu kesempatan bagus yang seolah-olah jatuh dari langit yang dihadiahkan kepada Rakyat Indonesia untuk melakukan kewajiban yang luhur serta menjalankan pekerjaan yang suci murni!! Cuma manusia goblog yang tiada mengerti akan kesempatan yang bagus itu dan cuma manusia pengecut atau curang yang tiada ingin melakukan pekerjaan yang berat, tetapi bermanfaat buat masyarakat sekarang dan dihari kemudian itu.
V. SOAL PERANG
SOAL POKOK dalam peperangan cuma dua ialah pertama SOAL MEMBELA dan kedua SOAL MENYERANG. Dalam perjuangan hewan melawan hewan, di darat, di air dan di udara, dalam perjuangan manusia melawan hewan atau dalam perkelahian manusia seorang melawan seorang, serta tentara melawan tentara, maka SOAL MEMBELA dan MENYERANG itulah yang menjadi DUA POKOK perhatian. Dalam perang besar yang kita kenal seperti perang KURAWA melawan PENDAWA; Panglima WIDJAYA melawan tentara Kublaikan di daerah Kediri; Diponegoro, Tengku Umar dan Tuanku Imam melawan tentara Belanda; Tentara Napoleon melawan Inggris Serikat dan akhirnya tentara Jerman Serikat melawan sekutu dalam Perang dunia kesatu dan kedua, semuanya ahli perang itu menghadapi soal membela dan soal menyerang. Soal MEMBELA itu kalau kita bentangkan lebih panjang, maka kita berhadapan dengan soal bagaimana melindungi diri dari musuh dan bagaimana membinasakan penyerang sampai lumpuh, menyerah atau musnah sama sekali, ketika memperlindungi diri itu. Soal MENYERANG itu kalau kita bentangkan lebih panjang pula, maka kita peroleh soal bagaimana menyerang musuh dengan menimbulkan kebinasaan sebanyak-banyaknya di pihak musuh atau menyebabkan penyerahan atau kemusnahan musuh sama sekali dengan sedikit kerugian di pihak penyerang sendiri.Maka berhubung dengan perbedaan sifat membela dan menyerang itu timbullah pula perbedaan syarat senjata bagi si Pembela dan si Penyerang. Si Pembela mengutamakan tempat yang tersembunyi yang dapat memberi perlindungan dirinya terhadap penyelidik musuh, atau pakaian yang tidak nyata kelihatan dari jauh dan terutama tempat yang dapat memberikan pukulan yang hebat terhadap Penyerang. Di zaman lampau benteng beserta perisailah alat terutama untuk melindungi diri prajurit. Tetapi perlindungan semacam kuno itu tak berharga lagi di zaman perang modern ini; menghadapi meriam, roket, bom atom, alat bactereologis, biologis, dan klimatologis di masa depan. Di daratan perang modern pun menghendaki benteng, tetapi aturan (teknik) membikin dan benda, zat serta alat pembikinnya jauh berbeda dari pada di zaman kuno. Pembelaan yang penting buat di lautan di zaman modern, ialah kapal selam dan di udara pesawat penggempur (fighter). Si Penyerang mengutamakan alat kendaraan yang cepat buat bergerak, senjata yang dahsyat buat membinasakan musuh dari jarak jauh. Di zaman kuno kuda, panah, bedil dan meriam kolot sudah cukup buat alat penyerang. Tetapi di zaman perang modern alat semacam itu tak dipakai lagi. Buat penyerang di darat didapati tank, meriam dan roket. Buat penyerang di laut dipakai kapal penggempur pesawat bomber Jet yang terbang lari 600 mil kurang lebih 1000 km atau lebih dalam satu jam, yaitu kelak dapat menaburkan wabah penyakit atau zat yang dapat menghancur-leburkan tanah, rumah, tanaman, hewan dan manusia dalam ruang yang besar di atas bumi kita ini.
Adapun artinya pembelaan itu tiadalah DIAM MENUNGGU musuh begitu saja dengan senjata di tangan. Tiadalah berarti menghantam musuh kalau musuh menyerang dan berhenti menghantam kalau musuh tiada kelihatan. Pepatah kemiliteran yang manjur tepat bebunyi: “PEMBELAAN YANG SEBAIK-BAIKNYA IALAH DILAKUKAN DENGAN MENYERANG”. Maknanya pembelaan itu bukanlah berarti diam-menunggu saja, melainkan menunggu sambil mengadakan serangan kecil atau besar. Tetapi SIASAT-POKOK ialah pembelaan. Pusat perhatian mesti ditumpuhkan kepada pembelaan. Penyerangan itu dilakukan cuma untuk menyelenggarakan pembelaan, ialah buat sementara waktu. Pada pukulan terakhir penyerang jugalah yang menjadi kata-putusan!!!
Artinya penyerangan itu tiadalah pula bergerak menghantam TERUS-MENERUS dengan tiada berhenti-hentinya. Banyak hentian dan lama pula perhentian harus dilakukan untuk mengumpulkan orang, senjata dan persiapan makanan dll sebelum penyerangan itu dijalankan. Selainnya dari pada itu banyak dan lama pula penyelidikan yang berbahaya harus dilakukan buat mengetahui kekuatan stelling dan maksudnya musuh. Penyerangan yang dilaksanakan dengan tiada cukup persiapan dan dengan tiada cukup penyelidikan tentang keadaan musuh; penyerangan yang dilakukan dengan sia-sia, sombong dan gegabah akan berakhir dengan kemalangan atau kecelakaan bangsa, walaupun si penyerang mempunyai cukup prajurit, keberanian dan alat senjata. Dalam keadaan mempersiapkan diri buat menyerang itu, maka tentara yang sedang bersiap itu harus pula bersedia membela, sambil menunggu serangan musuh, yang mungkin tiba-tiba dilakukannya untuk mengacau balaukan persiapan. Ringkasnya sifat membela itu banyak mengandung corak penyerangan. Sebaliknya pula sifat menyerang itu banyak pula mengandung corak pembelaan. Cuma dalam siasat pembelaan perhatian dipusatkan kepada pembelaaan dengan tiada mengabaikan penyerangan. Dan dalam siasat penyerangan perhatian serta pikiran dipusatkan kepada penyerangan dengan tiada mengabaikan pembelaan.
Berhubung dengan seluk-beluk serta kemenangannya pembelaan dan penyerangan itulah, maka persenjataan bagi kedua muslihat tadi ialah bagi muslihat pembelaan dan muslihat penyerangan bantu-membantu pula. Muslihat membela membutuhkan senjata penyerangan. Begitulah benteng tanah atau batu zaman kuno membutuhkan alat penyerang seperti panah yang bisa mengenai musuh yang berjauhan. Demikian pula benteng beton di zaman modern memerlukan alat penyerang sebagai meriam raksasa, roket atau pesawat penggempur buat melindungi benteng beton atau baja itu. Muslihat menyerang membutuhkan senjata pembela pula! Tank sebagai alat penyerang itu mempunyai dinding yang dirasa tebal, ialah syarat pembelaan yang dirasa tiada sanggup atau tiada ditembus oleh pelor biasa.
Akhirnya perlu sedikit disebutkan disini, bahwa berhubung dengan dua soal tersebut, yakni soal pembelaan dan soal penyerangan itu, maka LATIHAN keprajuritanpun harus disesuaikan dengan masing-masing muslihat perang yang berkenaan. Berlainlah pula sifat latihannya para prajurit yang dipersiapkan untuk pembelaan dan penyerangan itu. Bagi siapapun juga teranglah sudah, bahwa penyerangan itu membutuhkan nafas panjang buat berjalan jauh di dalam hujan dan panas. Selainnya dari pada kesehatan yang mengandung syarat tersebut di atas, maka para prajurit harus pula mempunyai semangat menyerang (offensive spirit), keberanian, ketabahan yang tiada bisa dipatahkan oleh kekalahan atau kegagalan sementara. Pembelaan itu lebih mengutamakan ketenangan fikiran, sifat tahan uji dan sifat tak akan patah hati, walaupun si-penyerang datang bergerombolan dengan senjata serba lengkap. Pembela adalah seorang anggota masyarakat, yang tetap percaya kepada kemenangan-terakhir, asal DIA tetap bertahan sampai musuh kehilangan akal untuk mematahkan semangat yang tak mengenal perkataan MENYERAH itu.
Ringkasnya si Penyerang mempunyai syarat teristimewa dalam kejasmanian dan mempunyai semangat keberanian mau-menang dengan menyerang terus menerus. Si Pembela, di luar kesehatan biasa, terutama mempunyai semangat tenang, sabar, tabah tak mau mengakui kekalahan atau patah-hati. Semangatnya cocok dengan jago yang mati di kalangan kalau perlu maka tempat pertahanan yang terakhir itulah yang akan menjadi tanah kuburannya!
VI. ANASIR PERANG
Ada empat ANASIR PERANG yang terpenting, yakni:- SOAL KEADAAN BUMI.
- SOAL KEADAAN SENJATA.
- SOAL KEADAAN ORANG.
- SOAL TEMPOH.
Syahdan, kalau salah satu dari pada ke-empat Anasir-Pokok itu berubah, yakni maju atau mundur atau jika semuanya ke-empat anasir itu berubah atau bertukar, maka berubah bertukarlah pada sifatnya perang yang dilakukan itu.
1. SOAL KEADAAN BUMI.
Adapun satu bangsa yang mendiami tanah, yang sebagian atau seluruhnya dikelilingi lautan, menghadapi soal siasat perang (strategi) beserta persenjataan dan latihan perang yang berlainan dengan bangsa lain, yang berada ditengah-tengah benua dan berjauhan dari lautan tempat lalu-lintas. Pada masa sekarang bangsa Inggris yang mendiami pulau menghadapi soal lain tentangan sesuatu peperangan dengan bangsa Jerman, yang tinggal ditengah-tengah benua Eropa, yang jauh letaknya dari pada Lautan-lalu-lintas dunia, dan cuma sebagian daerahnya saja yang dibatasi oleh lautan yang kurang penting, ialah Laut Timur. Betapakah pula bedanya persoalan perang itu buat bangsa Inggris dengan bangsa Swiss, yang sama sekali jauh dari pesisir Laut. Berhubung dengan keadaan bumi itu, maka Rakyat Inggris lebih mementingkan Armada dan angkatan Udara dari pada angkatan Darat. Sedangkan sebaliknya Jerman lebih mementingkan angkatan Darat dan Udara dari pada Armada. Dalam hal siasat perang, maka Inggris terutama selama damai lebih mengutamakan siasat membela dari pada siasat menyerang. Tetapi para Ahli Siasat Angkatan Perangnya Imperialisme Jerman lebih mengutamakan Siasat-Menyerang dari pada Siasat-Membel, Swiss yang berada di pegunungan di pusatnya benua Eropa sama sekali tiada mempunyai dan menghiraukan Armada. Swiss memusatkan persenjataannya kepada Tentara Darat dan Angkatan Udara serta memusatkan siasatnya kepada siasat membela.
2. SOAL KEADAAN SENJATA.
Keadaan senjata berhubungan rapat dengan tingginya alat perkakas (teknik) dan dengan tinggi rendahnya pula pengetahuan sesuatu bangsa. Di zaman biadab, kampak dan tombak batulah yang menajdi senjata. Di zaman logam besi, maka keris, pedang dan bedillah yang menjadi senjata. Sekarang di zaman teknik dan pengetahuan yang tinggi, meriam, tank, pesawat, roket, kapal, bom atom, bacteriologis, biologis dan klimatologislah yang menjadi alat senjata. Berhubung dengan perubahan senjata dari zaman kapak dan tombak batu sampai ke zaman tank dan bom atom itu, maka berubah bertukarlah pula dalam masa ribuan tahun ini, siasat perang bagi ahli Siasat-perang dan Latihan Perang, bagi para prajurit perang. Latihan pembelaan bagi seorang prajurit yang berdiri di belakang parit atau perisai yang menghadapi serangan musuh bersenjatakan kapak dan tombak batu, berlainan sekali dengan latihan pembelaan seorang prajurit zaman sekarang, yang diam di dalam gedung di bawah tanah, dan terbuat dari beton dan baja, yang dilindungi pula oleh meriam dan pesawat terbang. Latihan Penyerangan yang harus dipelajari oleh seorang prajurit bersenjatakan kapak atau tombak batu terhadap musuh, yang berdiri di belakang parit memegang perisai, berbeda pula dengan latihan seorang juru terbang yang mengemudikan sebuah bomber yang menuju ke benteng pertahanan musuh, yang jaraknya sampai 2000 km, atau lebih dari pangkalannya, dan yang harus pula mengatasi semua pembelaan musuh seperti meriam dan pesawat penggempur.
3. SOAL KEADAAN ORANG.
Kita bicara dalam sejarah dunia, bahwa Iskandar Zulkarnaen yang disebut juga penakluk dunia, mengalahkan hampir semua Negara beradab di masa itu dengan tentara Yunani, yang terdiri dari pada cuma 40.000 orang (empat puluh ribu orang). Dalam perang dunia ke- I (tahun 1914-1918) Jerman mempergunakan lebih kurang 6.000.000 (6 juta) prajurit. Dalam perang dunia ke-II (1939-1945) Soviet Rusia mempergunakan lebih kurang 20.000.000 (20 juta) prajurit. Dengan naiknya jumlah prajurit perang dari 40.000 sampai kepada 6.000.000 atau 20.000.000 orang, maka berubahlah pula PANJANGNYA front dimana kedua belah pihak musuh berhadapan. Dengan berubahnya panjang front itu maka berubahlah pula SIASAT membela dan menyerang itu.
Marilah kita sebentar memperingati front-Barat di eropa di masa perang dunia ke-I. Dengan tentara yang besarnya antara 2 dan 3 juta, maka Inggris, Perancis dapat melindungi seluruhnya front Barat dari laut sampai ke batas Swiss yang netral itu. Barisan Jerman yang berhadapan dengan barisan Inggris/Perancis itu tak bisa melakukan siasat pengepungan (umfassung). Kedua ujung barisan Inggris/Perancis tak dapat dilalui oleh Barisan Jerman. Siasat perang yang harus dilakukan, ialah siasat yang dinamai SIASAT PERANG STELLING (Trench-Warfare). Dalam hal perang stelling itu, maka Barisan Jerman dapat maju kalau stelling Inggris/Prancis dapat diterobos, ditembus dengan “Druchstross” yang bisa diperdalam atau diperluas. Atau kalau seluruhnya front Inggris/Perancis yang dipanjangnya lebih kurang 8002 km dapat dihalaukan terus menerus dengan hujan pelor. Dalam peperangan di zaman Iskandar atau Hannibal, dilakukan di lapangan luas, dengan tentara kaki dan kuda, yang terdiri dari beberapa puluh ribu orang saja, satu tentara bisa melaksanakan penyerangan menurut SIASAT-GERAK CEPAT (mobile-warfare) ialah siasat kepung-mengepung dan tembus menembus barisan musuh. Dengan naiknya jumlah prajurit sampai jutaan orang dengan semakin sempitnya ruang dan berubahnya persenjataan, maka pada perang dunia ke-II ahli-Siasat-Perang menemui soal perang stelling. Siasat GERAK CEPAT tiadalah LANGSUNG lagi dapat dijalankan seperti di zaman dahulu kala, di zaman Iskandar, Hannibal, Caesar dan Napoleon.
4. SOAL TEMPO
Anasir keempat, ialah soal tempo ini tampaknya tiada begitu penting, tetapi sebenarnya amat penting pula jika diperhubungkan dengan tiga anasir tersebut pula. Jika diperhubungkan dengan tiga anasir tersebut di atas itu, maka Sang Tempo itu adalah penting sekali. Tempo menentukan Siasat Perang di waktu pecahnya perang dan menentukan persiapan pertahanan di masa sebelumnya perang. Soal tempo itu dipergunakan dengan baik sekali oleh seorang Jendral Romawi yang bernama Pabius Cunctator, Jendral Maju Mundur. Jendral ini berhadapan dengan Jendral yang sangat ulung dan sangat populer di masa yan lampau, ialah Jendral Hanibal masuk menyerbu ke Italia dengan melintasi pegunungan Alpen. Satu pekerjaan militer yang dianggap mustahil dapat dilakukan di masa itu. Sekonyong-konyong Hannibal sudah tiba di Italia Utara dan akhirnya di pintu gerbang Rome, Ibu Kota, setelah mengalahkan tentara Romawi di Canmae Fabius, Jendral Maju-Mundur tak mau melawan musuh yang ulung itu berhadap-hadapan, tetapi maju kalau Hannibal berhenti dan mundur kalau Hannibal menyerang. Dengan demikian dia mengharapkan tentara Hannibal yang berada jauh dari pangkalannya di Carthago itu lama-kelamaan akan kehilangan orang, seorang demi seorang, kehabisan perlengkapan dan kehilangan kesabaran. Sedangkan tentara Romawi akan tetap bertambah kuat dalam segala-galanya itu. Pengikut Fabius, bernama Scipio Afrikanus Minor dan Scipio Afrikanus Minor ini meneruskan siasat Maju Mundur itu pula. Walaupun akhirnya Hannibal menjadi lemah, lantaran jerih payah, kehilangan prajurit, senjata, perlengkapan serta kesabaran, sedikit demi sedikit, dan akhirnya terpaksa kembali pula, tetapi Scipio masih meneruskan taktik Fabius Conctator itu. Taktik Maju-Mundur itu oleh Scipio diteruskan juga, walaupun Hannibal sudah terpaksa mundur sampai ke pangkalannya sendiri di Afrika. Belum juga lagi Scipio memukul musuhnya dengan berhadapan, tetapi lebih dahulu dia memotong jalan yang harus dilalui oleh bala-bantuan, berupa makanan dan kuda yang dikirimkan kepada Hannibal. Akhirnya setelah menderita kekuarangan dalam segala-galanya lahir dan batin, barulah Scipio memberikan pukulan terakhir dan mencapai kemenangan.
Boleh dikatakan, bahwa Jendral Hannibal, salah satu Jendral terulung dikalahkan oleh Jendral Tempo. Sang Tempolah pula disamping keadaan sebagai penduduk sebuah pulau mengizinkan Inggris kurang mengindahkan Tentara Darat di musim damai. Dan Sang Tempo pula yang memberi kesempatan penuh buat mengadakan persiapan setelah perang meletus dan mengadakan siasat membela dalam waktu lama sekali pada permulaan perang. Ditemani terutama oleh Jendral Tempo, karena berada diseberang laut itulah maka Inggris dapat membatalkan penyerbuan Napoleon, Hindenburg dan Hitler berturut-turut.
Ringkasnya perubahan empat anasir perang ialah:
- keadaan bumi.
- persenjataan.
- banyak prajurit.
- tempo masing-masing
VII. SYARAT PERANG YANG TETAP.
Sudah dijelaskan pada Bab VI tadi, bahwa empat anasir, ialah:- kebumian.
- teknik persenjataan.
- banyaknya prajurit serta.
- soal tempo
Syarat Perang YANG TETAP selama ribuan tahun itu, yang terutama sekali diantaranya, ialah:
- KETINGGIAN NILAINYA SIASAT-MENYERANG.
- PENYERANGAN SEBAGAI PUKULAN BAGI KEMENANGAN TERAKHIR.
- SELUK-BELUK PEMBELAAN DAN PENYERANGAN.
- CARA MEMUSATKAN TENTARA.
- CARA MENENTUKAN PUSAT YANG BAIK ITU.
- MEMPERBEDAKAN SIASAT PERANG DENGAN POLITIK.
- TEKAD MAU MENANG.
1. KETINGGIAN NILAINYA SIASAT MENYERANG.
Seperti sudah dijelaskan di atas, maka tidak saja menurut Siasat-Menyerang, tetapi juga menurut Siasat-Pembelaan, penyerangan itu harus dilakukan sampai kemenangan itu tercapai. Alasan yang tepat buat sikap menyerang itu, ialah:
1. Si-penyerang itu berada dalam gerakan jasmani ataupun rohani. Keadaan ini memberi kepuasan kepada watak yang aktif, yang suka beritndak, seperti seharusnya watak seseorang prajurit. Sebaliknya Si-Pembela berada dalam keadaan berhenti, menunggu, dalam keadaan pasif. Berhenti menunggu lebih mengganggu urat syarat dari pada bergerak berbuat. Apabila pula buat seorang prajurit yang berwatak bertindak, maka berhenti menunggu itu adalah satu siksaan hidup.
2. Si-penyerang tahu lebih dahulu dimana tempat yang akan diserangnya. Apabila kalau para penyelidik sudah memastikan lebih dahulu, bahwa tempat yang akan diserang itu adalah tempat barisan musuh, yang lalai-lemah, maka Si-penyerang tak akan mengenal lelah atau takut. Yang dalam pikiran dan perhatiannya cuma kemenangan yang sempurna dan yang harus diperoleh dengan cepat. Sebaliknya Si-pembela, yang berhenti menunggu di-belakang parit tiada tahu dari penjuru mana musuh itu akan datang, bila musuh itu akan datang. Beberapa banyaknya musuh yang akan datang itu dan apakah pula senjatanya musuh itu. Semuanya itu mendebar-debarkan jantung dan melemahkan urat syarat mereka, yang tiada berwatak sabar-tenang.
2. PENYERANGAN SEBAGAI PUKULAN BAGI KEMENANGAN TERAKHIR
Maksud yang penghabisan dari semua peperangan ialah memperoleh kemenangan terakhir. Dalam perang yang bersifat GERAK CEPAT, maka kemenangan terakhir itu bisa langsung diperoleh dengan memecah-belah mengepung menawan atau memusnahkan musuh. Dalam perang yang bersifat maju-mundur-pun musuh belum lagi akan pulang kembali ke negerinya atau menyerah kalah sebelum merasakan pukulan yang hebat dari pihak si-pembela. Seperti sudah disebutkan di atas, maka pembelaan itu harus dilaksanakan dengan penyerangan. Jadi bagaimanapun juga siasat yang dilakukan, maka penyerangan jugalah yang akan memberi-putusan terakhir kepada sembarang macam peperangan itu.
3. SELUK BELUK PEMBELAAN DAN PENYERANGAN.
- Jika musuh mempertahankan diri dengan kekuatan yang besar, maka haruslah si-penyerang mempersiapkan tentara yang seimbang besarnya.
- Apabila musuh mengadakan pertahanan yang barlapis-lapis yang semakin ke belakang semakin kuat barisannya maka haruslah si-penyerang mengadakan serangan dengan tentara berlapis-lapis pula. Dasar bagi beberapa lapisan penyerang itu ialah lapisan yang paling belakang menyerang haruslah yang paling kuat pula. Dengan begitu maka serangan yang menghadapi lapisan pertahanan musuh yang kian dalam kian kuat itu bisa dilakukan dengan beberapa lapisan pasukan yang kuat pula. Penyerang bisa berlaku cepat demi cepat pula sehingga musuh terperajat, kacau-balau dan akhirnya menyerah atau binasa.
- Persiapan musuh yang dilaporkan oleh barisan patroli tak bolah dibiarkan begitu saja. Persiapan itu harus dikacau-balaukan dengan penyerangan terus-menerus. Dengan demikian maka persiapan musuh itu tak bisa kuat selesai.
4. CARA MEMUSATKAN TENTARA.
Pemusatan itu dilakukan dengan terpisah dan
bergelombangan. Kita masih ingat bagaimana tentara Jepang menyerbu Indonesia
pada tahun 1942. Penyerbuan itu dilakukan oleh 3 pasukan yang berpisahan:
- Pasukan yang berangkat dari Jepang melalui Malaya, terus ke Sumatera;
- Pasukan yang langsung dari Jepang menuju pulau Jawa
- Pasukan yang berangkat dari Jepang melalui Kalimantan dan menuju Sunda kecil dll.
Tiap-tiap pasukan itu maju berlapis-lapis dan
bergelombangan. Pasukan (2) yang ditujukan ke pulau Jawa itu dipecah pula
menjadi beberapa barisan, yang mendarat di empat tempat di pulau Jawa.
Tiap-tiap barisan itu dipecah pula menjadi beberapa lapisan yang maju
bergelombangan.
5. CARA MENENTUKAN PUSAT YANG BAIK ITU.
Pusat yang baik buat dituju, ialah sesuatu GELANG
dalam rantai pertahan musuh. GELANG ITU harus dipecahkan. Dengan pecahnya
gelang itu, maka terpotonglah rantai pertahanan musuh itu. Ahli siasat Jepang
menganggap Bandung-lah salah satu gelang yang penting buat pertahanan pulau
Jawa ini. Berhubungan dengan itu, maka dari Bantam (Banjarnegara) dan dari
Cirebon (Eretan) ditujukan berlapis-lapis pasukan ke arah Bandung itu. Melihat
tentara Jepang yang datang dari pelbagai pihak dan bergelombang, maka Belanda
sudah menyerah sebelum bertempur dengan sungguh-sungguh.
6. MEMPERBEDAKAN SIASAT PERANG DENGAN POLITIK.
Perang adalah kelancaran politik. Apabila
pertikaian politik antara Negara dan Negara, antara satu bangsa-tertindas
dengan bangsa-penjajahan, atau antara satu kelas tertindas dengan klas
penindas, tiada dapat lagi diselesaikan dengan jalan damai, maka peranglah yang
akan menjadi hakim. Peranglah yang akan menentukan siapa yang benar, siapa yang
salah. Dalam hal ini dunia menganggap yang menang peranglah pihak yang benar.
Tetapi Siasat Perang harus dibedakan dengan
Politik.
Oleh sesuatu Negara Merdeka, maka kalimat di atas
ini biasanya ditafsirkan, bahwa janganlah perbedaan paham politik dimasukkan ke
dalam tentara. Tegasnya janganlah percekcokan antara Partai Kolot
(conservatif), Partai Liberal atau Demokratis, Partai Sosialis atau Komunis dll
ditarik-tarik pula dalam ketentaraan. Petuah yang biasa dipakai berbunyi:
Tentara itu tiada berpolitik. Oleh Keizer Wilhelm ke II, ketika meletusnya
perang dunia ke I, petuah itu dilaksanakan dengan ucapan: “Saya tak mengenal
partai, saya cuma mengenal orang Jerman”, Kedua petuah tersebut bermaksud
supaya tentara cuma memikirkan soal pertempuran saja. Tak usahlah tentara itu
memikirkan garis politik Negaranya. Serahkan sajalah urusan poltiik itu kepada
para Ahli-politik.
Selain dari pada tafsiran di atas, maka ada pula
tafsiran yang lain. Yaitu: bedakanlah urusan yang semata-mata urusan politik
(dalam arti bentuk dan kewajiban sesuatu Pemerintahan) dengan urusan Perang
semata-mata. Tegasnya pula! Bedakanlah soal garis politik serta CARA BAGAIMANA
mendapatkan makanan, pakaian dan senjata untuk Tentara itu dengan CARA
BAGAIMANA mengatasi musuh dalam pembelaan serta penyerangan.
Kedua tafsiran dari Negara Merdeka tersebut di
atas mendapat corak lain bagi sesuatu masyarakat yang sedang BEREVOLUSI.
Bukankah pula sesuatu Negara merdeka itu SUDAH mempunyai kepastian tentangan
soal daerah dan batas, soal kebangsaan-kewarganegaraan dan jumlah penduduk,
serta soal bentuk dan kewajiban pemerintahannya dll itu? Dan bukanlah
sebaliknya sesuatu BANGSA atau Kelas yang berrevolusi itu, JUSTRU SEDANG
memperjuangkan Masyarakat dan Negara itu yakni memperjuangkan daerah batas
warga penduduk serta bentuk dan kewajiban Pemerintah dll itu?
Memangnya ada Persamaan, tetapi ada pula
perbedaan bagi sesuatu Negara Merdeka dan bagi sesuatu Masyarakat Berjuang
berhubung dengan kedua tafsiran di atas tadi. Masyarakat Berjuang dan Negara
Perang memangnya keduanya sama-sama membedakan urusan politik dengan kewajiban
tentara. Tegasnya ialah, bahwa, kedua itu haruslah sama-sama membedakan urusan
menentukan garis-politik dan cara bagaimana mendapatkan makanan, pakaian dan
senjata bagi tentara dengan Siasat Membela dan Menyerang.
Tetapi berbeda dengan Negara Merdeka, maka bagi
bangsa dan kelas berjuang (seperti kita sekarang) memangnya politik dalam arti
PAHAM, IDIOLOGI, itulah yang sebenarnya menjadi otak-jantung, atau
keyakinan-tekadnya sesuatu tentara Rakyat, Tentara Murba, Tentara Bambu
Runcing! Bangsa atau Kelas Berjuang itu, yang bersenjata serba sederhana itu,
justru harus mempunyai tentara yang berpaham beridiologi, yang berkeyakinan
politik, paham, idiologi dan politik kebangsaan atau politik keproletaran
itulah senjata Tentara Kemerdekaan yang Nomor Satu! Begitu di masa revolusi
Borjuis di Perancis (1789) dan demikian pula halnya di masa revolusi Borjusi
dan Proletar di Rusia (1917). SANG GERILYA yang berpolitik jelas-tegas itu
berkewajiban berusaha sekeras-kerasnya mempengaruhi paham pasukannya, serta
Rakyat disekitarnya sambil berusaha mendapatkan semua kebutuhan hidup dan
pertempuran bagi pasukannya. Pasukan dan Rakyat berjuang buat kemerdekaan itu
harus mengerti dan setuju dengan isi kemerdekaan itu! Memang juga SANG GERILYA
membedakan dan memisahkan siasat perang dan politik. Berhubungan dengan itu
maka di belakang pula organisasi keprajuritan dengan organiasi Politik dan
Ekonomi. Tetapi (seperti juga Negara Merdeka tadi), maka organisasi politik dan
tentara itu Kerja-sama dimana tentara berada di bawah pengawasan
(supervision-nya politik).
7. TEKAD MAU MENANG.
Seperti udara bagi rabu (paru-paru) untuk
bernafas, demikianlah pula TEKAD MAU MENANG itu adalah syarat bagi seseorang
prajurit untuk berperang. Seorang prajurit yang tiada mempunyai tekad semacam
itu, tiadalah pula mempunyai banyak harapan akan menang. Dia akan mudah
diombang-ambingkan oleh kesulitan atau kekalahan sementara. Satu petuah militer
dari bangsa Asing berbunyi: Dia menang, karena dia berpantang kalah. Kata
petuah pahlawan Indonesia : “Satu hilang, kedua terbilang; namanya anak
laki-laki." Artinya: Sesudah memasuki gelanggang peperangan itu, maka cuma
dua kata kemungkinan buat seorang pahlawan. PERTAMA: Dia mungkin hilang atau
tewas dalam perjuangannya. KEDUA: Dia mungkin terbilang artinya terhitung
sebagai seorang prajurit yang menang, sebagai seorang pahlawan jaya, karena
tekad semacam itulah, maka 300 (tiga ratus) pahlawan Sparta memperoleh ujian
dan pujaan luar biasa di zaman lampau. Mereka sanggup mempertahankan Negaranya
dan mengusir musuhnya yang datang menyerbu meskipun musuhnya terdiri dari
tentara yang berlipat ganda besarnya.
VIII. HUKUM MENYERANG.
Panglima Perang yang ulung di zaman purbakala
seperti Iskandar, Caesar, Hannibal, Djengis Khan dan Timurleng sudah menganut
paham yang pasti tentang siasat menyerang untuk memperoleh kemenangan.
Napoleon, yang sebagian besar dari siasat perangnya dipusatkan kepada
penyerangan sudah dapat menetapkan siasat menyerang itu lebih nyata dan lebih
sistematis dari pada para ahli sejarah di zaman lampau. Tetapi beru
ditengah-tengah bangsa Germanialah terutama timbul dan tumbuh ilmu perang itu
(kriegwissenschaft) dalam arti ilmu yang sesungguhnya, yakni sistematis
(tersusun) logis (menurut hukum berfikir) dan consistent (tetap memegang
dasar). Di sekitar pujangga Germania, seperti Clausewitz, Ludendorft dll
nyatalah tampil ke muka pujangga militer di Perancis, Inggris dll. Memanglah
juga di Tiongkok, malah ribuan tahun lampau sudah ada pujangga kepahlawanan
bernama Luan Yu (?) yang banyak memberikan petunjuk yang berharga kepada
keturunannya bangsa Tionghoa bangsa Jepang dan bangsa Mongolia. Tetapi
karangannya itu belum lagi merupakan satu ilmu kemiliteran yang tersusun, logis
dan consistent. Karangannya itu baru karangan, yang mengandung banyak nasehat
serta petuah saja.
Kalau kita sekedar mengadakan tinjauan atas ilmu
kemiliteran yang tertulis lebih kurang satu abad dibelakangan ini oleh para
pujangga Barat, teristimewa pula di antara para pujangga Jerman, maka kita
mendapatkan kesan bahwa siasat menyeranglah yang mendapat pusat perhatian para
ahli itu. Hal ini adalah cocok dengan sifatnya Imperialisme Barat pada abad
yang di belakang ini, terutama di antara bangsa Germania. Ingatlah saja, bahwa
pada perang dunia ke I dan ke II, Negara Jermanlah pihak yang menyerang lebih
dahulu. Kapitalisme Imerpialisme Germania yang terlambat datangnya di medan
penjajahan di Amerika, Afrika, Asia dan Australia itu terpaksa merebut jajahan
yang sudah berada di tangannya Inggris, Perancis dan Belanda. Jadi karena
itulah maka tiada mengherankan kita kalau para ahli militer Jermanlah yang
bermula dapat membentuk KARANGAN-KEMILITERAN yang tersusun (sistematis) logis
dan consistent. Para ahli militer Jermanlah yang permata sekali membentuk
formule (ketetapan) dari hukumnya SIASAT-MENYERANG itu.
HUKUM-PERANG itu lebih kurang berbunyi: Dengan
Kodrat terpusat, dengan cepat dan dengan sekonyong-konyong memecahkan gelang
rantai pertahanan musuh yang lemah dengan maksud memecah-belahkan hubungan
organisasinya dan akhirnya menghancurkan musuh itu. Tampaklah sudah beberapa
anasir yang terpenting dalam hukum itu. Kalau hukum itu kita kupas maka kita
memperoleh:
- Anasir kodrat yang terpusat.
- Anasir kecepatan.
- Anasir sekonyong-konyong.
- Anasir Gelang lemah di rantai pertahanan musuh.
- Anasir hubungan organisasi musuh.
- Anasir tekad menghancurkan musuh.
Semuanya anasir itu adalah penting
satu-persatunya dan lebih penting lagi kalau semuanya dipersambungkan.
- Panglima perang harus MEMUSATKAN tenaganya lebih dahulu sebelum dia menyerang. Menyerang dengan kekuatan yang tiada seimbang, mungkin akan percuma atau akan membahayakan yang menyerang saja.
- Anasir CEPAT itu adalah amat penting: apalagi kalau disambung dengan (3) Anasir sekonyong-konyong yang cepat dan sekonyong-konyong tiba di belakang musuh, tentu tak akan menjumpai perlawanan musuh yang sempurna. Tetapi siapa yang menyerang dengan lambat akan mudah diketahui oleh musuh. Dan mudah pula musuh mempersiapkan dirinya buat mempertahankan diri.
4. Pasukan yang menyerang GELANG RANTAI yang kuat
sukar mendapatkan hasil yang memuaskan. Mungkin pasukan itu sendiri akan
mendapat pukulan yang hebat.
5. Barang siapa dapat MEMECAH BELAHKAN pasukan
musuh dengan menggempur tempat yang MEMPERHUBUNGKAN satu bagian pasukan musuh
dengan bagian pasukan musuh yang lainnya akan bisa memusatkan tenaga untuk
memukul pecah belahkan musuh itu. Inilah kemenangan permualaan yang baik buat
melakukan anasir (6) yakni TEKAD menghancur-leburkan musuh.
Seperti sudah disebutkan di atas para ahli di
zaman lampau juga sudah lebih kurang menganut sebagian atau seluruhnya paham
yang termaktub dalam HUKUM MENYERANG itu. Memangnya pula beberapa kemenangan
Napoleon, yang oleh para ahli dianggap gilang gemilang, selalu berdasarkan atas
HUKUM MENYERANG, seperti kita cantumkan di atas tadi. Sebelumnya dan sesudahnya
Napoleon, maka sudah banyak pula Panglima Perang yang mengucapkan petuah perang
yang berarti Friedrich Besar, Raja Prusia, yang hidup sebelum Napoleon berkata,
bahwa: “barang siapa yang hendak mempertahankan seluruh barisannya, orang itu
tiada akan dapat mempertahankan SESUATU apa”. Artinya itu Panglima yang tiada
berani mengurangi prajurtinya pada beberapa bagian, buat dipusatkan pada
PASUKAN PENYERANG; yang ditujukan kepada gelang-rantai pertahanan musuh, yang
sudah ditujukan kepada gelang-rantai pertahanan musuh, yang sudah ditentukan
maka Panglima yang terlampau “AWAS-WASPADA” itu akan mengalami “PUKULAN
TERPUSAT” dari lawannya yang lebih berani nekad. Petuah Friedrich ini diucapkan
pula oleh Panglima Hindenburg pada masa perang dunia ke I dengan perubahan
kalimat yang berbunyi: “Orang harus selalu menyerang dengan mengadakan
Pemusatan”.
Berapa pula pentingnya anasir CEPAT dan anasir
sekonyong-konyong itu, kita pelajari dari siasat dan tindakan Hannibal, yang
dengan tentara dan kuda serta gajahnya melintasi gunung Alpen yang tinggi,
jurang dan penuh salju. Dengan tiada disangka-sangka oleh Panglima Romawi maka
sekonyong-konyong Hannibal sudah berada di Italia. Tentara Rumawi yang terpaksa
dikumpulkan dan dikerahkan dengan tergesa-gesa dan sembarangan dengan mudah
sekali dapat dihancur leburkan oleh Hannibal. Begitu CEPAT dan begitu
SEKONYONG-KONYONG Caesar menjalankan HUKUM MENYERANG seperti termaktub pada
permulaan karangan ini tadi, sehingga kemenangan yang diperolehnya di atas
Tentara Egypte demikian cepat dan begitu sempurna sehingga dia dapat
mencatatkan seluruhnya peristiwa perang di Egypte dengan tiga kata saja, ialah
VENI, VIDI, VICI! (Saya lihat, saya gempur dan saya kalahkan!).
IX. PENGLAKSANAAN HUKUM MENYERANG.
Seperti kita sudah jelaskan di atas tadi, maka
hukum menyerang itu terutama dilakukan untuk mendapatkan kemenangan dalam
sesuatu peperangan yang bersifat bergerak. Dengan perkataan lain Hukum
Menyerang itu berlaku dengan leluasa dalam Perang-Gerak-Cepat (Mobile Warfare).
Tetapi dalam Perang-Stelling (Loopgraven-onring atau Trench-Warfare) atau dalam
perang menghadapi Benteng, maka tentulah Hukum Menyerang itu tiada dapat
dilakukan.
Dalam sejarahnya Iskandar Zulkarnaen kita baca,
bahwa dia melakukan perang gerak cepat menghadapi kita hanya, bahwa dia
melakukan perang gerak cepat menghadapi Raja Persia. Disinilah dia melaksanakan
Hukum-Menyerang itu dengan gilang-gemilang. Dengan tentara yang cuma terdiri
dari empat puluh ribu prajurit, tetapi tersusun dan terlatih, dia
sekonyong-konyong dan secepat kilat menunjukkan pasukan istimewanya ke pusat
tentara musuh, ialah kepada Markasnya Raja Persia sendiri. Dengan hancurnya
Markas Besar itu, maka pecah-belah, kacau-balau dan kalahlah tentara Persia
yang terdiri dari satu juta prajurit itu, atau 25 kali sebesar tentara Yunani
di bawah pimpinan Iskandar. Tetapi selainnya dari Perang-Gerak Cepat, Iskandar
sering pula terpaksa berhenti, kalau dia menghadapi kota yang diperlindungi
oleh benteng, berupa dinding batu yang kokoh yang dipertahankan oleh prajurit
pula. Dalam keadaan begini, maka Iskandar terpaksa menjalankan siasat
mengepung, sampai dinding batu itu bisa dirobohkan atau dilintasi dan tentara
pembelanya ditaklukkan. Atau sampai penduduk prajurit yang dikepung itu
menyerah kalah, karena kekurangan makanan dan air atau mulai musuhan, karena
diserang oleh wabah penyakit.
Setelah Hannibal mendapatkan kemenangan yang
masyhur sekali dalam sejarah kemiliteran, bilamana dia menjalankan Hukum
Menyerang itu dengan cemerlang di Cannae, maka dia berbulan-bulan terpaksa
berhenti di depan pintu Gerbang Rome. Dia terpaksa melakukan pengepungan,
karena tiada merasa cukup kuat buat menyerbu ke dalam kota Rome dan melakukan
perang dalam kota, yang berlainan pula sifatnya dengan Perang-Gerak-Cepat.
Ketika dia mengepung itu, maka dia terpaksa menyaksikan, bahwa musuhnya kian
hari kian kuat, sedangkan tentaranya kian hari kian lemah. Pemimpin politik
bangsa Romawi sanggup memperkokoh persatuan bangsa Romawi dan memusatkan
pertahanan di dalam kota. Panglima Romawi yang insyaf akan keulungan Hannibal
dan Perang-Gerak-Cepat, dengan luas terbuka tiadalah mau mengukur kekuatan dan
kepintaran dalam Perang-Gerak-Cepat itu. Tetapi dia melakukan alasan
maju-mundur yang lama kelamaan sangat memperlemah tentara Hannibal, sehingga
Hannibal terpaksa mengundurkan diri. Julius Caesar dan Napoleon lebih banyak
melakukan Hukum Menyerang itu, karena mereka banyak sekali berhadapan dengan
musuh diruangan luas terbuka.
Pada permulaan Perang dunia Pertama, maka para
Panglima Jerman merencanakan perang Gerak-Cepat, yang ditujukan ke Eropa Barat.
Seorang Ahli Siasat Jerman, bernama Von Schieffen mengadakan satu rencana
Siasat Menyerang untuk merebut Perancis dalam satu bulan, dengan melalui
Belgia, yang bersikap netral itu. Siasat yang cermelang itu berwujud memancing
pasukan Perancis memasuki Germania Selatan. Apabila pasukan Perancis itu kelak
cukup jauh mengeluarkan “lehernya” ke dalam daerah Jermania Selatan itu, maka
tentara Jerman di bawah Von-Kluek yang menyerbu ke Perancis Utara berkewajiban
memotong “leher” (tentara) Perancis yang diulurkan itu. Cemas terhadap
penyerbuan Perancis di Selatan Germania itu, maka Kepala Staf Jerman memperkuat
pasukan yang menghadapi pasuka Perancis yang menyerbu itu dengan memperlemah
pasukan Von-Kluek. Dengan demikian maka Von-Kluek tak sanggup memotong “leher”
yang diulurkan itu. Baru pada perang Dunia Kedua, di bawah pimpinan Hitler,
maka siasat Von Schlieffen dilaksanakan dengan cemerlang dan secepat kilat.
Disamping kegagalan siasat Menyerang, yang diselenggarakan di Eropa Barat itu
panglima Von Hindenburg dengan jaya melakukan siasat menyerang itu terhadap
pasukan tentara Caesar-Rusia. Di Rusia Timur serangan Caesar-Rusia yang kuat
dan berbahaya sekali, dipatahkan oleh pasukan Jerman yang lebih kecil. Siasat
menyerang dalam Perang-Gerak-Cepat, yang dapat dilakukan pada permulaan perang
dunia pertama itu terpaku pada perang stelling, pada penghabisan perang dunia
pertama itu. Dua tentara dari kedua pihak, yang terdiri dari jutaan prajurit,
yang menduduki PARIT (Stelling) yang ratusan KM, panjangnya, berbulan-bulan
lamanya hadap-menghadapi, tembak-menembak dengan tiada mendapatkan banyak
kemajuan. Barulah setelah tentara Inggris/Perancis diperkuat dengan prajurit
dan senjata dari Amerika barulah Tentara Sekutu dengan hujan pelor dapat
menghalaukan tentara Jerman di Eropa Barat. Mulanya menghalauan itu berlaku
lambat. Kemudian cepat demi cepat, sebagai akibatnya penglaksanaan petuah
Jendral Foch, yang berbunyi: "Frappa toyours” ialah pukul terus menerus,
sekarang disini, nanti disana, supaya musuh tak sempat bersiap menyerang, dan
akhirnya kacau balau dan menyerah.
Ahli Siasat Perancis sebelumnya Perang Dunia
Kedua berpendapat bahwa pada Perang Dunia ke II itu, Perang Stelling atau
perang paritlah pula yang berlaku seperti pada penghabisan perang dunia
pertama. Berhubung dengan mendapat itu maka didirikanlah di batas Timur
Perancis satu parit panjang, yang masyhur, bernama Lini Maginot, yang terdiri
dari beton-besi yang lengkap dengan gudang makanan dan persenjataan untuk
pertahanan yang lama sekali. Mulanya para ahli menyangka, bahwa Lini Maginot
tak akan bisa dilalui, apalagi direbut. Tak akan bisa dilalui oleh tank, karena
banyak mempunyai perkakas anti tank. Tak bisa dipecahkan dengan bom, yang
dijatuhkan oleh pesawat udara, ataupun oleh bom yang ditembakkan dengan mortir,
karena betonnya garis Maginot dianggap kuat kebal. Dengan demikian maka para
ahli berpendapat bahwa perang dunia keuda akan bersifat perang-parit, yang lama
sekali. Tetapi sejarah menyaksikan, bahwa kemajuan ilmu dan tehnik dapat
mengatasi kekebalan Garis Maginot itu. Dengan jatuhnya Maginot, oleh tehnik
Jerman, maka jatuhlah pula Perang Parit dan berlakulah pula kembali
Perang-Gerak-Cepat. Sedang para prajurit Perancis di Garis Maginot masih
menunggu-nunggu Tentara Jerman dari depan, maka dua tiga PRAJURIT BERMOTOR
Jerman sebagai Prajurit pelopor, sudah berada jauh di dalam Negara Perancis, di
belakang Garis Maginot dengan menyeludupi front Utara Perancis. Berbarengan
dengan itu pesawat Stuka Jerman sudah mendengung-dengungkan di atas Ibu Kota
Paris mengancam menjatuhkan bomnya kalau Pemerintah Perancis tak lekas
menyerah. Demikianlah Garis Maginot yang tak dikira dapat ditembus dari depan
itu, dapat ditembus dari belakang. Demikianlah selanjutnya Perang Parit pada Perang
dunia Kedua bertukar pula menjadi Perang-Gerak-Cepat seperti di zaman lampau.
Dalam Perang-Gerak-Cepat dengan ilmu dan tehnik
modern itu, amat pentinglah TIGA ANASIR dalam siasat menyerang yang terang
tercantum pada pasukan bermotor, tank dan pasukan udaranya ataupun pada kapal
perang. Tiga anasir itu ialah:
- KECEPATAN.
- PERPUTARAN (mobility). dan
- KODRAT TEMBAKAN.
Satu mesin perang di darat, laut atau udara belum
lagi sempurna kalau cuma bisa lagi cepat saja. Mesin itu harus sanggup berputar
cepat memperlindungi bagian yang lemah yang tiba-tiba diserang musuh. Tank,
pesawat dan kapal perang yang cepat tetapi tiada lekas bisa berputar menghadapi
musuh dari belakang akan kalah, walaupun larinya cepat, seperti kilat.
Seterunya pula, walaupun syarat kecepatan dan pemutaran itu ada, tetapi kalau
kodrat tembakan itu lemah, maka kedua anasir pertama tak berarti. Kapal
penjelajah bisa berputar lebih cepat dari pada kapal penggempur yang lebih
besar pula itu. Tetapi karena kapal penggempur itu jauh lebih besar, maka dia
bisa mengangkut meriam lebih banyak dan dengan sekaligus dapat memuntahkan
lebih banyak pula pelor dari pada penjelajah yang lebih cepat itu. Jadi kodrat
tembakan kapal penggempur itu lebih besar dari pada kodrat tembakan kapal penjelajah.
Ketiga anasir, ialah kecepatan, perputaran, dan kodrat tembakan itu haruslah
diperhitungkan laba-rugi masing-masingnya. Kemudian haruslah pula ketiganya
anasir itu digabungkan menjadi satu kekuatan militer, yang setinggi-tinggi dan
seefficient-efficientnya. Inilah kewajibannya para ahli teknik militer.
Syahdan dalam sejarah kemiliteran tampaklah bagi
kita pengaruhnya tehnik dalam ketentaraan itu serta dalam penglaksanaan Hukum
Menyerang. Pasukan berkuda yang amat diutamakan untuk melaksanakan siasat menyerang
dari zaman Iskandar samapai ke zaman Napoleon, semenjak perang dunia pertama
dan sesudah perang dunia Kedua sudah digantikan oleh pasukan tank dan pasukan
bermotor serta pasukan udara. Penyelidikan terlebih dahulu dilakukan oleh
pasukan berkuda itu sekarang dijalankan oleh pasukan bermotor atau oleh pasukan
udara. Kecepatan tank dan motor buat tentara darat itu haruslah diimbangi pula
oleh infanteri dan artileri. Pasukan infanteri dan artileri harus dengan cepat
dapat mengikuti tank. Demikian artileri (meriam) dan infanteri itu harus
dimekanisir, yakni harus diangkat dengan mesin. Artileri diangkut dengan truk.
Infanteri diangkut dengan truk, kereta berlapis baja atau dengan pesawat
terbang.
Berhubungan dengan bertukarnya alat perang itu,
disebabkan oleh kemajuan ilmu dan tehnik, maka bertukarlah pula taktik dan
latihan untuk mengemudikan alat perang modern itu. Tetapi bagaimanapun juga
pertukaran alat perang, serta taktik dan latihan perang itu HUKUM MENYERANG,
tetapi berlaku sepeti sediakala, ialah yang berlaku semenjak Iskandar samapai
ke Zukov, Rommel dan Dwight D. Eisenhower, yakni seperti yang tercantum pada
BAB yang lampau. Dengan tiba-tiba menghancurkan Markas-Besar Tentara Polandia
yang gagah berani itu dengan Stuka, maka seolah-olah kena pukullah “otak”
tentara Polandia itu. Dengan sekonyong-konyong pula menghancurkan pesawat udara
Polandia yang berada di bawah, maka hancurlah pula “mata” dan “tinju” ialah
alat penyelidikan dan alat penggempurnya Tentara Polandia. Dengan menghancurkan
semua jembatan penting sebagai alat penghubung di Polandia, maka pecah-belahlah
tentara Polandia dalam beberapa pasukan yang sukar buat dipusatkan. Dengan dua
orang prajurit bermotor, sebagai pelopor dan beberapa Sutka di udara, maka
lemahlah urat-syarafnya Rakyat Polandia. Akhirnya dengan “Stoss Truppe”,
Tentara pelopor yang tiada begitu besar, kalau dibandingkan dengan masa yang
silam, maka dalam satu dua minggu saja tentara Jerman dapat menguasai Polandia.
Perang Kilat menurut Hukum Menyerang jugalah, yang menjatuhkan Norwegia,
Belanda, Belgia, Perancis, masing-masing dalam beberapa hari saja.
X. PERANG RAKYAT
Perang di Indonesia bukanlah Perang yang
dilakukan oelh Rakyat Indonesia dengan maksud hendak menindas bangsa Asing.
Perang Rakyat Indonesia adalah sebaliknya, yaitu perang yang terpaksa
dijalankan untuk menolak penindasarn Asing atas Rakyat Indonesia. Perang di
Indonesia adalah Perang Kemerdekaan. Perang Kemerdekaan Indonesia tiada akan
berharga sepeserpun bagi kaum Murba kalau hasilnya cuma menukar Pemerintah
Asing dengan Pemerintah Putra Bumi. Kalau cuma menukar pemerintahannya orang
berkulit putih dengan Pemerintah orang berkulit coklat. Pemerintah orang
berkulit coklat akan langsung atau tidak langsung, cepat atau lambat menjadi
Pemerintah Boneka, kalau 100 % kebun, pabrik, tambang, pengangkutan, dan Bank
berada di tangan Asing, seperti di zaman “Hindia Belanda”.
Perang Kemerdekaan Indonesia baru berhasil, kalau
sehabisnya Perang juga (bukan kelak dikemudian hari) 100 % para pemimpin Negara
langsung dipilih dan bisa diberhentikan oleh Rakyat Indonesia. Dan kalau
disamping Pemerintah yang 100 % Indonesia itu SEKURANGNYA 60 % kebun, pabrik,
tambang, pengangkutan, Bank, dll DIMILIKI, DIKUASAI, DIURUS dan DIKERJAKAN oleh
Negara dan Murba Indonesia. Ringkasnya Kemerdekaan Rakyat Indonesia baru
TERJAMIN kalau Kemerdekaan POLITIK ada 100 % berada di tangan Rakyat Indonesia.
Dan kalau Hak milik serta Kekuasaan atas EKONOMI modern sekurangnya 60 % berada
di tangan Rakyat Indonesia pula. Bukan NANTI, melainkan SEKARANG juga! Ini
berarti bahwa tak seorangpun anggota tentara atau polisi Belanda boleh tinggal
dibagian mana saja di Indonesia! Ini pula berarti, bahwa semua harta benda
MUSUH harus DISITA, di-beslag DIAMBIL-OVER, TANPA DIGANTI KERUGIAN. Penyitaan
itu adalah cocok dengan Hukum Perang yang sudah diakui oleh Dunia
International.
Mempertimbangkan empat anasir Perang (1)
kebumian, (2) Persenjataan, (3) banyak orang (4) tempo, maka TEMPO itu adalah
perkara yang amat penting bagi kita. Makin lama perang berlaku (yakni kalau
Musuh terus menerus diserang!) makin habis orangnya, makin miskin negaranya,
makin gelisah rakyatnya dan makin kehilangan kepercayaan dunia kepada musuh itu
sebagai bangsa ceroboh (agresor).
Bandingkanlah:
1. CACAH JIWA
Belanda 7
juta
Indonesia 70 juta.
2. PERTANIAN
Negara Belanda datar buminya dan sejuk hawanya
berhubung dengan itu, maka serdadu totok tak kuat turun naik gunung, apalagi di
musim hujan atau panas. Serdadu Belanda (totok) harus didatangkan dari jauh
yaitu 10.000 KM jaraknya dari Indonesia. Hal ini banyak memakan tempo dan
belanja. Rakyat Indonesia biasa dengan hujan dan panas dan senang naik turun
gunung dalam waktu apapun juga Prajurit Indonesia berada di kampung halamannya
sendiri.
3. KEUANGAN.
Belanda sudah miskin lantara 5 tahun diperas dan
diinjak-injak oleh Fasis Jerman, semakin hari semakin miskin, kalau di
Indonesia tiada diberi kesempatan MEMBANGUN saban hari dia terpaksa memakai N.C
f 3.000.000 (uang lama). Belanda tak akan dapat pinjaman lagi dari Amerika,
kalau di Indonesia dia tak bisa MEMBANGUN yakni menjadi untung buat membelanjai
serdadu dan kaki-tangannya. Kalau terus diserang, maka Belanda kian hari kian
miskin melarat. Walaupun Rakyat Indonesia tiga setengah tahun lama diperas oleh
Jepang dan dua tiga perempat tahun diblokir (dikepung) oleh Belanda dan
dimana-mana dirampas hartanya oleh Belanda, tetapi Bumi Indonesia SEDIA
memberikan cukup makanan pakaian dan senjata kepada prajuritnya. Kalau ekonomi
Indonesia disesuaikan dengan keadaan perang, maka Rakyat Indonesia akan cukup
menjamin hidupnya.
4. KESUSILAAN (moral).
Serdadu Belanda yang jauh dari ibu-bapak,
anak-istri dan handai tolan, yang ditipu dikirim ke-Indonesia tak mempunyai
tekad dan kebernaian untuk menghadapi perang yang lama pada bumi dan hawa yang
asing dan sukar baginya. Prajurit Indonesia yang sudah insyaf akan Bahaya dan
sedang melakukan pembelaan kampung halamannya sepatutnyalah mempunyai moral
yang luruh, itulah yang dibutuhkan oleh perang yang lama dan sukar. Moral itu
ternyata ada pada waktu enam bulan JAYA BERJUANG.
5. ORGANISASI DAN SIASAT.
Di zaman “Hindia Belanda” maka dalam hal
organisasi dan siasat peperangan, memangnya Belanda jauh melebihi bangsa
Indonesia. Sesudah dua tiga tahun lamanya mendapatkan latihan dalam organisasi
serta latihan dan gemblengan yang hebat dalam hal ketentaraan, maka
keprajuritan Rakyat Indonesia sudah menyamai kalau tidak melebihi keprajuritan
Belanda.
Kalau kita ambil BALANS (perhitungan) dari pada
perbandingan di atas dalam hal (1) cacah jiwa (2) kebumian (3) keuangan (4)
kesusilaan dan (5) organisasi dan siasat, maka nyatalah sudah bahwa keuntungan
adalah di pihak Rakyat Indonesia. Yakni, jikalau Rakyat Indonesia insaf akan
perbandingan yang sebenarnya dan dengan sadar dan ulet mempergunakan semua
keuntungan itu.
Kita tahu akan kekurangan kita dalam satu hal,
ialah dalam hal PERSENJATAAN. Jadi dalam sekurangnya lima perkara kita berada
dalam kelebihan, cuma dalam satu perkara saja kita berada dalam kekurangan!
Tetapi dalam hal PERSENJATAAN-pun kita jauh dari pada harus berpangku tangan
saja. Insyaflah, bahwa kita dari tingkat Laskar-Bambu-Runcing sudah sampai ke
tingkat tentara yang bersenjata bedil, tommy-gun, mitralyur, mortir, meriam,
dan pesawat udara. Sembarang prajurit dapat menceritakan pengalamannya
menghadapi TANK dan pesawat terbang, ialah dua senjata yang menyebabkan
KELEBIHAN tentara Belanda pada perjuangan di darat dan udara. (Perang laut
adalah faktor (perkara) yang penting sekali untuk kita. Tetapi dalam PERANG
KEMERDEKAAN ini Perang Laut itu bukanlah faktor yang terakhir bagi kita!
Artinya itu, kalau kita dapat menang di darat tanpa menang di laut. Belanda
akan terpaksa juga meninggalkan Indonesia! Belanda tak akan bisa hidup dengan
air laut kita saja!).
Kembali kita kepada tank dan pesawat tadi! Tank
biasanya dibiarkan saja oleh prajurit kita mondar-mandir di jalan raya. Tetapi
tank cuma sanggup menguasai jalan Raya saja. Itupun kalau tiada berjumpakan
barang peledak atau TORPEDO BERJIWA. Sebentar saja si-pengemudi tank
mengeluarkan kepalanya keluar tank buat mencari makanan atau air minum, maka
pada saat iu pula dia akan disambut oleh pelor atau ujungnya bambu-runcing. Tak
sedikit tank yang rusak atau direbut oleh prajurit kita. Insyaflah bahwa
semuanya senjata kita itu adalah senjata yang direbut dari tangan musuh.
Pesawat biasanya terbang tinggi. Dalam hal itu
Sang Prajurit bisa meniarap di tanah tiada mendapat gangguan. Sekiranya pesawat
itu terbang rendah SANG PRAJURIT segera mempergunakan mitralyur saja, ialah
kalau dia tiada mempunyai alat penangkis serangan udara. Di stasiunnya di tanah
pesawat itu selalu berada dalam bahaya kebakaran dan kemusnahan oleh barisan
terpendam!
Pendeknya prajurit yang berpengalaman tiada
menganggap tank dan pesawat itu sebagai KELEBIHAN MUTALAK-nya tentara Belanda.
Kelebihan dalam kedua senjata itu dapat diatasi dengan kelebihan yang ada pada
prajurit dan Rakyat Indonesia dalam sekurangnya lima perkara tersebut di atas.
KESIMPULAN:
Mengingat kelebihan kita dalam beberapa perkara
yang penting tertentu dan kekurangan kita pula dalam beberapa perkara lain,
maka timbullah pertanyaan dihati kita yakni:
SIASAT APAKAH YANG TERBAIK BUAT KITA UNTUK
MEMPEROLEH KEMERDEKAAN 100 % ITU?
Mengingat pula, bahwa lebih kurang 700.000 mil
persegi ruangan daratan Indonesia dan 4.500.000 mil persegi tanah dan air
Indonesia dengan gunung, hutan dan rimba-rayanya, maka MUSTAHIL seribu kali
MUSTAHIL, akan dapat direbut serta dipertahankan oleh 100.000 tentara Belanda
itu, asal saja 70 juta Rakyat itu tetap menolak penjajahan dan prajuritnya
terus menerus menyerang maka kita berani memutuskan, bahwa siasat yang terbaik
buat kita ialah:
Kalau kita terpaksa, kita buat sementara waktu
akan menyerahkan sebagian DAERAH kita untuk memelihara prajurit dan senjata.
Disamping itu kita akan mempergunakan TEMPO untuk memperlemah musuh dan
memperkuat diri kita dengan PERSATUAN yang kokoh dalam politik, siasat-perang
dan per-ekonomian yang semuanya didasarkan atas PERJUANGAN KELUAR yakni:
PERANG SELURUH RAKYAT JELATA KEPULAUAN INDONESIA
TERUS MENERUS.
Tak ada tempat dan tempoh buat membangun dan
BERISTIRAHAT bagi Belanda.
Perang Rakyat, ialah Perang dalam semua lapangan
hidup, ialah dalam perkara (1) Keprajuritan (2) politik, (3) ekonomi dll. Dalam
tiga lapangan hidup itu kita harus mengadakan PERSATUAN yang erat di antara
PEMEGANG tampuk perjuangan yang sesungguhnya pada tingkat sekarang ialah di
antara KAUM MURBA, KAUM TANI, RAKYAT dan INTELLEKT DJEMBEL.
XI. PERANG GERILYA
Sudah agak luas kami memberikan PEMANDANGAN
tentangan peperangan. Dari pemandangan itu hendaknya kita sudah dapat mengambil
sekadar PENGERTIAN yang berguna tentang sifat dan jenis, soal dan anasir, serta
siasat dan hukum Perang. Pengertian semacam itu perlu pula buat menyelidiki
Dasar Siasat yang cocok bagi kita, untuk menghalaukan musuhnya kemerdekaan
kita, serta membentuk satu Negara kemakmuran serta kebudayaan Rakyat Murba.
Dalam pemandangan tadi kita sudah mengenal beberapa dasar peperangan seperti
termaktuf dalam (1) Perang Stelling (parit) (2) Perang Gerak Cepat dan (3)
Perang Mundur Maju. Yang belum kita sebut, ialah dasar yang kita anggap
terpenting dalam perang pembelaan kita sekarang. Dasar yang dimaksudkan
terpenting itu, ialah DASAR GERILYA. Tetapi dasar GERILYA itu dalam hakekatnya
sudah terkandung oleh Dasar (3), yakni Dasar Mundur Maju.
Dasar Perang Apakah yang baik kita pakai??
(1) TENTANGAN PERANG STELLING.
Perang stelling dalam arti luasnya tak dapat kita
lakukan di Indonesia. Perang stelling dalam arti luasnya itu, ialah menduduki
sekeliling pantai dari semua kepulauan Indonsia, besar dan kecil. Jadi berarti
menduduki sekeliling pantai pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi dan
ratusan pulau kecil-kecil. Menurut perhitungan ahli-bumi maka jumlah keliling
semuanya pulau di Indonesia ini, adalah lebih kurang sama dengan lingkaran bumi
kita ini. Buat membela pesisir, yang sepanjang itu dari depan ke depan dengan
prajurit dan persenjataan lengkap semapai tak ada tempat terluang. Menurut
syarat perang-stelling kita tiada mempunyai prajurit dan senjata. Tetapi
seandainya kita mempunyai cukup prajurit dan senjata buat perang-stelling dalam
arti luas itu, kitapun tak akan melakukannya. Karena tiada perlu tiap-tiap depa
pesisir itu diduduki buat dibela. Sudahlah cukup kita membela tempat yang
penting menurut siasat perang saja. Apalagi kalau kita sudah Merdeka kelak
berhasil mengusahakan pembelaan yang lengkap modern dengan Armada, Angkatan
Udara dan Angkatan Darat, maka pembelaan Indonesia tak akan didasarkan pada
perang-stelling. Lini Maginot kita setelah Merdeka akan mempunyai
industri-induk sendiri, terutama akan terletak di Udara dan Lautan. Lini itu
bukanlah pula lini yang tetap-berhenti (statis), melainkan lini yang bergerak-berubah-ubah
(Mobile). Ringkasnya: Perang-stelling dalam arti luasnya tak bisa kita lakukan
di masa sekarangpun.
Tetapi dalam arti sempitnya, maka Perang Stelling
itu sekarang ini memangnya terus berlaku dan banyak berlaku. Dimasa perang ini,
sering kita mendengar Stelling disana atau disini yang kita bela mati-matian,
kita tinggalkan atau kita rebut kembali. Stelling kita memangnya tiada tetap
berhenti (statis) seperti stelling yang dibikin dari beton. Melainkan stelling
yang maju mundur juga (mobile). Tetapi lebih berhenti dari pada bergerak.
Stelling kita, seperti di Surabaya, Krawang dll, itu memang lebih sukar dibela,
karena berada ditanah yang datar. Disana Stelling itu banyak bergerak
mundur-maju. Tetapi jikalau di belakang stelling itu berada tanah pegunungan,
maka stelling semacam itu akan lebih mudah dipertahankan, maka Pasukan Gerilya
dapat melakukan penyerbuan ke tempat yang diduduki musuh terus menerus, sampai
musuh terpaksa mundur.
Di Jawa, Sumatra, Kalimatan, Sulawesi dll banyak
sekali pegunungan, yang memberi kesempatan untuk membikin parit-stelling, yang
tak mungkin dapat direbut oleh Belanda. Karena terhadap stelling semacam itu
Belanda tak sanggup lagi mempergunakan tank dan pesawat udaranya. Tanpa tank
dan pesawat udara itu, maka Belanda, sama sekali tak berdaya menghadapi
prajurit Indonesia, yang insyaf, terlatih dan bersenjata karabin, granat dan
mitraliyur saja!
Di Pegunungan Aceh, Minangkabau dll, di Sumatera,
di pegunungan Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah, di Sulawesi Selatan dan
Tengah, di pulau Kalimatan dll pulau kita (kalau mau!) dapat membuat stelling,
yang sama menyebabkan musuh menggigit jari atau menggigit tanah dan akhirnya
terpaksa pulang kembali ke negerinya atau berkubur dalam tanah kita, serta
memberikan Rakyat Indonesia mengatur Masyarakat dan Negaranya sendiri.
Stelling itu akan lebih hebat, kalau dijadikan
pangkalan bagi Pasukan Gerilya, yang terus menerus menyerbu ke segala jurusan.
(2) TENTANGAN PERANG GERAK CEPAT.
Perang Gerak Cepat dalam arti luasnya tak dapat dilakukan
di Indonesia. Maksud kita ialah Gerak Cepat yang dilakukan buat memperoleh
kemenangan yang terakhir. Atau untuk memperoleh satu keputusan Militer
menjelang kemenangan terakhir. Di hari kemudian, di waktu Indonesia Merdeka
sudah mempunyai Pembelaan modern, maka siasat Gerak Cepat, yang dipusatkan pada
Angkatan Laut dan Udara itu, boleh jadi sekali salah satu siasat yang
terpenting yang harus disediakan dan dilakukan.
Kita sebutkan SALAH SATU! sebab siasat yang lain
ialah siasat Mundur-Maju, seperti yang dilakukan Fabius Funetator, atau siasat
yang terutama dipakai oleh Inggris (the war of attritions: siasat memeras darah
musuh) disamping siasat Gerak Cepat itu tetap penting pula buat Indonesia yang
terdiri dari pulau-pulau, karena pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan itu
tiada mengizinkan musuh begitu saja menyerbu dengan tiada mempersiapkan lebih
dahulu armada dan Angkatan Udara yang sangat kuat buat mengangkut tentara
penyerbunya. Dalam masa musuh mengadakan Persiapan itu kitapun mendapatkan tempoh
yang cukup lama untuk mengadakan persiapan-persiapan pembelaan.
Kembali kita kepada siasat Gerak-Cepat di masa
sekarang! Seperti sudah kita jelaskan di atas maka syarat yang pertama sekali
buat siasat gerak cepat ialah kesanggupan dan kecepatan kita memusatkan
prajurit serta senjata ke-urat-nadi Tentara musuh. Karena kekuarangan Alat
Pengangkutan di laut dan di udara, maka kita tiada sanggup sama sekali
melakukan pemusatan itu. Apalagi pula melakukannya dengan cepat!! Disamping
keberatan itu ada pula keberatan lain. Musuh yang mempunyai alat pengangkutan
di lautan dan di udara itu membagi-bagi pula kekuatan militernya di kepulauan
Indonesia ini. Karena dia mempunyai alat pengangkutan yang perlu dipakai itu,
maka dia dengan mudah pula bisa mengubah-ubah pusat pertahanannya atau pusat
pembelaannya dengan memindah-mindahkan pasukannya.
Ringkasnya: Gerak Cepat dalam arti sempurna 100 %
secara Veni, Vidi Vici-nya Julius Caesar, tiadalah dapat kita praktekkan dalam
keadaan sekarang. Tetapi dalam beberapa Pusat pertempuran, ataupun kelak dalam
semua pusat pertempuran Gerak Cepat itu dapat dijalankan. Dengan demikian, maka
musuh tiada akan mendapat kesempatan buat memusatkan segala tenaganya pada
salah satu tempat di depan salah satu pasukan kita. Bahwa untuk membela
pasukannya, kalau tersepitpun, dengan jalan pindah-memindahkan pasukannya dari
front yang aman ke front yang terancam musuh tiada pula akan mendapat
kesempatan itu, teristimewa pula kalau siasat Gerak cepat itu dimana-mana saja
diperkuat dengan Perang Gerilya terus menerus.
NAPOLEON DENGAN GERAK CEPAT.
Dalam hukum menyerang yang sudah kita bentangkan
lebih dahulu maksud SIASAT GERAK CEPAT itu sudah nyata tercantum! Sekali lagi
Hukum Menyerang itu kita sebutkan buat dicamkan. Bunyinya: DENGAN KODRAT TERPUSAT
DENGAN CEPAT DAN DENGAN SEKONYONG-KONYONG MEMECAH GELANG RANTAI PERTAHANAN
MUSUH YANG LEMAH DENGAN MAKSUD MEMECAH-BELAHKAN HUBUNGANNYA ORGANISASINYA DAN
AKHIRNYA MENGHANCUR LEBURKAN MUSUH ITU.
Tiga anasir yang terpenting dalam Hukum Menyerang
itu ialah:
- Anasir Kodrat Terpusat.
- Anasir Cepat dan
- Anasir sekonyong-konyong.
1. Anasir KODRAT TERPUSAT: Buat memusatkan tenaga
di sekitar salah satu pasukan musuh, yang sudah ditentukan lebih dahulu maka
Napoleon mempersiapkan perhubungan yang rapi-teratur. Semua jalan yang baik
menuju ke urat-nadi musuh itu dan semua alat kendaran harus sewaktu-waktu dapat
dipergunakan selancar-lancarnya. Dalam hal ini, maka perkara lalu-lintas dan
alat-kendaraan adalah anasir yang terpenting.
2. Anasir CEPAT. Buat bergerak dengan cepat, maka
para prajurit dari Pasukan Penyerbu itu haruslah berpakaian, berbekal dan
bersenjata SE-ENTENG-ENTENGNYA. Janganlah sedikitpun juga gerak-geriknya dapat
diperlambat oleh beban yang ada pada badannya! Ringkasnya: Prajurit penyerbu
itu haruslah setiap detik siap buat berangkat ke arah yang diperintahkan dengan
kecepatan seperti kilat halilintar. Jadi buat menyelenggarakn kecepatan beban
prajuritlah yang menjadi hal yang terpenting, ialah bersama-sama dengan hal
perhubungan.
3. Anasir SEKONYONG-KONYONG! Dalam kedua anasir
tersebut itu sudah tersembunyi pula anasir SEKONYONG-KONYONG, Kodrat terpusat,
yang tahu-tahu sudah tiba menyerbu dari semua pernjuru itu amat menggetarkan
membingungkan dan mengacaubalaukan musuh. Semua tempat yang lemah, yang dapat
dikacaubalaukan dengan penyerbuan sekonyong-konyong (Geberraschung surprise)
itu harus dilaporkan lebih dahulu oleh satu BADAN PENYELIDIK yang paling cakap.
Dalam persiapan untuk melakukan penyerbuan yang sekonyong-konyong itu sampai musuh
terperanjat kebingungan, maka BADAN DAN LASKAR PENYELIDIKANLAH yang mengambil
bagian yang terpenting.
MAKSUD GERAK CEPAT.
Syahdan maka MAKSUD Gerak Cepat di Indonesia
dalam keadaan seperti sekarang (17 Mei 1948) ialah untuk (1) menghancurkan
pasukan musuh yang sedang bergerak, (2) menghancurkan pasukan musuh yang
bersarang pada salah tempat dan (3) memperlindungi pasukan kita, yang sedang
mengadakan SABOTASE besar-besaran pada salah satu daerah yang dikuasai oleh
musuh.
SATU GERAK CEPAT.
Sebagai militer buat melakukan salah satu pada
tiga kewajiban tersebut, menurut DASAR GERILYA sudahlah cukup SERIBU prajurit
yang bersenjata api seperti karabin, mortir dan mitraliyur. Yang seribu
bersenjata ini, sebagai SATUAN PASUKAN PELOPOR haruslah dibantu oleh LASKAR
RAKYAT bersenjatakan BAMBU RUNCING dan GERANAT, yang lima sampai sepuluh kali
sebesar pasukan polopor tadi. Jadi dengan lima sampai sepuluh ribu prajurit
yang dipelopori oleh satuan GERAK CEPAT, terdiri dari seribu orang maka siasat
Gerak Cepat sudah dapat diselenggarakan dengan besar sekali harapan buat
mendapatkan hasil yang baik. Apalagi kalau pasukan Gerak Cepat itu dapat
bersandar pada satu stelling yang teguh dipinggang gunung atau dipinggir kali,
yang dikelilingi oleh rombongan desa siap sedia membantu, yang kita namakan
saja DAERAH GERILYA.
3. TENTANGAN SIASAT GERILYA.
A. MAKSUD GERILYA.
Seperti sudah disebutkan lebih dahulu, maka
siasat Gerilya itu termasuk siasat Maju-Mundur juga. Ini tiada berarti bahwa
siasat Maju-Mundur itu cuma siasat Gerilya saja. Siasat Maju-Mundur itu juga
boleh dilakukan oleh Tentara yang sadar dan Teratur sebagai salah satu siasat.
Tetapi oleh Pasukan Pasukan Gerilya siasat Maju-Mundur adalah satu dasar yang
terutama dan teristimewa.
Apakah dasar perang Gerilya itu?
Dasarnya ialah: MAJU untuk menghancurkan musuh
dan MUNDUR supaya jangan dihancurkan oleh musuh.
Memangnya ini dasar semua Peperangan! Tetapi Para
Gerilya yang terdiri dari sedikit prajurit dan bersenjatakan sederhana saja,
MENCAMKAN dasar maju itu dengan sekaligus! Maju-Mundur DIJALANKAN secara
sekaligus pula.
B. TAKTIK GERILYA.
Siasat maju mundur akan lebih jelas lagi, apabila
di bawah ini kita bentangkan beberapa taktik yang dengan setia harus dilakukan
oleh Sang Gerilya. Taktik itu terutama:
- Lakukanlah serangan pura-pura.
- Jangan Bertempur di lapangan terbuka.
- Mundurlah, kalau diserang oleh pasukan yang kuat.
- Kepung dan hancurkanlah pasukan musuh yang kecil.
- Pancinglah musuh ke dalam perangkap.
- terkamlah musuh dengan sekonyong-konyong.
- Pusatkan tenaga ke urat nadi musuh!
- Samberlah dengan cepat-hebat seperti kilat-petir!
- menghilanglah dengan cepat-tak-kelihatan seperti topan!
Taktik Gerilya yang kita kenal juga dengan
perkataan tipu (perang) adalah berbagai ragam. Veteran Gerilya Aceh umpamanya
tak akan putus-putusnya menceritakan pelbagai tipu yang dijalankan oleh para
gerilya disana selama perang besar dan kecil dari tahun 1872 sampai 1908.
Banyak sekali tipu yang dapat didasarkan kepada kepentingan hidup serdadu musuh.
Serdadu musuh yang lapar boleh dipancing masuk perangkap piyeh seorang dua
gerilya yang pura-pura mengangkat bahan makanan seperti sayur, padi, ayam,
kerbau dll di depan musuh. Atau seorang dua gerilya berpakaian wanita bisa
melenggang-lenggang di depan mata serdadu musuh!! Serdadu musuh yang kelaparan
dalam segala-gala itu dapat dilucuti dan disingkirkan di sekitar perangkap yang
sudah disiapkan lebih dahulu. Perang Gerilya di Tiongkok yang sudah berlaku
puluhan tahun lamanya itu, serta sejarah perang kita sendiri sudah memberi
bukti yang sejelas-jelasnya, bahwa taktik Gerilya itu bisa mendapatkan senjata
apa saja dari musuh, walaupun SANG GERILYA sendiri cuma bermodalkan senjata
bambu runcing saja.
C. SATUAN GERILYA.
Pasukan Gerilya yang terdiri dari LIMA PULUH
orang, bersenjatakan karabin, bersama satu dua mortir atau mitraliyur sanggup
mendapatkan hasil yang mengagumkan! Satuan Gerilya yang terdiri dari lima puluh
orang itu, haruslah dijadikan PASUKAN PELOPOR untuk memimpin LASKAR RAKYAT yang
lima sampai sepuluh kali sebesar itu, yang bersenjatakan bambu-runcing, golok,
granat. Gabungan Laskar Gerilya Rakyat, yang terdiri dari tiga ratus sampai
enam ratus orang itu adalah Pasukan Militer yang dahsyat buat menghancurkan
CONVOOI (kiriman) dan pos musuh yang terdepan serta buat merampas gudang
persenjataan musuh! Laskar Gerilya sebesar itu, apabila bisa bergerak-cepat
(sekarang dia terdengar menyerbu disini, besok disana, cepat datang dan cepat
hilang, sampai tiada kelihatan) adalah sampai membingungkan, menggelisahkan dan
menakutkan musuh seolah-olah musuh berada dipinggir kawah gunung: Tak tahu
kapan akan ditimpa mara bahaya.
D. BEBERAPA SIFAT SANG GERILYA.
Untuk melakukan semua gerakan yang cepat seperti
kilat halilintar dan mengambil tindakan yang cepat penuh bahaya itu, haruslah
Sang Gerilya mempunyai sifat yang istimewa pula, yang berhubungan dengan Akal,
Perasaan, Kemauan, watak, serta Budi Pekerti. Tiada saja Sang Gerilya
membutuhkan sifat itu sebagai seorang beritndak, tetapi juga sebagai seorang
pemimpin pasukan.
Sang Gerilya haruslah dengan tenaga-tegap
menghadapi musuh mempergunakan keadaan alam, tempat, tempo, orang dan senjata.
Sang Gerilya sedang melakukan siasat maju-Mundur
itu, tak mengenal putus asa, melainkan selalu memegang tekad-keberanian dan
kepercayaan atas kemenangan, pantang menyerah, walaupun menghadapi ancaman dari
semua penjuru.
Sang Gerilya yang berlaku seperti kakak kepada
yang lebih muda seperti adik kepada yang lebih tua oleh karena kelebihannya
serta pengetahuan atau kesanggupan. Tiap-tiap prajuritnya Sang Gerilya diterima
perintahnya oleh Pasukannya buat dijalankan dengan segala ketaatan dan
kecepatan.
4. SIASAT KOMBINASI.
Yang kita maksudkan dengan kombinasi (gabungan)
ialah Kombinasi dari Siasat Perang Stelling, Siasat Gerak-Cepat dan Siasat
Gerilya. Maksud Siasat Kombinasi itu ialah untuk mengatasi gerakan musuh yang
bergabung pula. Seandainya musuh menduduki tiga benteng atau bergerak dari tiga
pangkalan, yang satu sama lainnya bantu-membantu, maka kitapun harus mengadakan
koordinasi dan kombinasi dalam pembelaan atau serangan kita. Dengan memakai
satu stelling yang kuat atau dua tiga stelling yang di-koordinir sebagai
pangkalan, maka kita pun dapat memajukan pasukan Gerak-Cepat atau Laskar
Gerilya atau keduanya untuk mematikan gerakan musuh ataupun merebut benteng
pertahanan musuh. Yang pentingnya dalam hal ini ialah koordinasi KOMBINASI dari
beberapa pasukan yang kita majukan atau terpaksa dimundurkan. Jangan maju
dengan tiada serempak dan jangan hendaknya mundur kacau balau!
Satuan Siasat Kombinasi!
Sebagai satuan buat melakukan pembelaan atau
penyerbuan yang di-koordinir dan di-kombineer itu perlulah dipakai satu DIVISI,
yang bersenjatakan karabin, mortir dan mitraliyur. Satuan Kombinasi ini bisa
dibantu oleh Laskyar Rakyat lima atau sepuluh kali sebesar itu. Dengan lima
puluh ribu sampai seratus ribu tentara Kombinasi semacam itu kita akan sanggup
membela atau merebut satu daerah atau provinsi. Terutama pula, kalau kita bisa
mendapatkan satu daerah pegunungan sebagai pusat stelling satu daerah Gerilya
sebagai membantu makanan dll. Dan satu Pasukan Gerak Cepat sebagai STOSS-TRUPPE
(pelopor), maka sebagian besar dari tentara musuh akan terpaku atau terkubur
disana! Apa lagi pula, kalau penyerangan Tentara Kombinasi itu serempak dan
serentak dijalankan “frappe tojours!” pada 13 daerah di Indonesia (tiga di
Jawa, tiga di Sumatera, tiga di Kalimantan, tiga di Sulawesi dan satu di
Maluku), maka tentara Belanda yang kecil dan tak tinggi harga keprajuritannya
itu niscaya akan menemui kecelakaan 13 pula.
Satu Daerah saja, ialah Aceh dibela oleh Sang
Gerilya yang bersenjatakan rencong saja sudah Tak DAPAT seluruhnya ditaklukkan
oleh belanda selama hampir empat puluh tahun!!! Apalagi Indonesia, kalau
dipertahankan oleh seluruhnya Rakyat, dengan senjata yang jauh lebih lengkap,
sambil mempergunakan semua siasat-perang, yang dipusatkan kepada SIASAT GERILYA
itu!!!!
XII. PERANG POLITIK DIPLOMAT.
Laksamana Mountbatten belakangan ini menjadi Raja
Muda Inggris di India, pernah mengakui, bahwa dengan jalan perang besar-besaran
Rakyat Indonesia tak akan mungkin dapat ditaklukkan oleh Tentara Belanda!
Pengakuan itu diucapkan pada tahun 1945 ialah di musim Rakyat Jaya Berjuang.
Pada tanggal 15 November 1946 itu tentara Inggris terpaksa meninggalkan
Indonesia, karena dia didesak dari luar dan dari dalam. Di Amerika makin keras
suara diperdengarkan buat menyuruh menarik kembali tentara Inggris.
Diperingatkan kepada Inggris, bahwa kewajiban tentaranya di Indonesia hanyalah
buat melucuti Jepang, dan mengurus tawanan bangsa Eropa. Bukanlah buat
memerangi atau menjajah Rakyat Indonesia! Australia membantu revolusi Indonesia
dengan pemogokan terhadap kapal Belanda yang berangkat ke Indonesia. Dunia Arab
dan Filipina menunjukkan simpati dan berakar dalam. Rakyat Inggris sendiri,
yang sudah jemu perang itu menuntut kembali tentaranya dari Indonesia. Di samping
semuanya itu perlawanan rakyat Pemuda Indonesia terhadap tentara Inggris banyak
mendapatkan hasil berupa senjata. Di Sumatera dan Jawa sudah mulai berlaku
penyerahan Ghurka secara besar dan besar. Penyerahan Ghurka itu khususnya dan
kemungkinan menangnya revolusi Indonesia umumnya amat menggelisahkan Inggris.
Imperialisme Inggris takut kalau-kalau kejadian revolusi Indonesia kelak
menular ke India, Birma, Malaya dll. Jajahannya, yang pada masa itu sedang
memperjuangkan kemerdekaannya pula. Demikianlah ditetapkan oleh Inggris, bahwa
tentaranya itu akan ditarik kembali pada akhir pertengahan bulan Novembar tahun
1946.
Tetapi Tentara Belanda, yang akan menggantikan
Tentara Inggris di Indonesia sama sekali BELUM siap! Terdesak oleh keadaan,
BELANDA BELUM SIAP TETAPI INGGRIS HARUS PERGI, itulah, maka kesudian Republik
mengadakan “GENCATAN PERANG” disambut oleh Belanda dan Inggris dengan napas
panjang senyum simpul dan berterima syukur. Karena “GENCATAN” itu, maka
penyerbuan Tentara dan Laskar ke Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, Medan
dll tempat, tak dapat lagi diteruskan. Sementara itu Belanda tergesa-gesa
melatih dan mengirimkan bala bantuannya ke Indonesia. Demikianlah dikirimnya
Desember-Divisi yang sudah dikenal itu.
Sementara memperkuat militer dan ekonominya itu,
maka Belanda/Inggris berhasil mendapatkan perjanjian Linggarjati. Bunyinya
perjanjian Belanda dalam Naskah Linggarjati itu amat merdu! Tetapi nyatalah
tafsiran Perjanjian Linggarjati boleh diputar-balikkan oleh Belanda buat
mendapatkan maksudnya yang sesungguhnya yakni: mengembalikan penjajahan dan
menghancurkan Republik.
Walaupun Belanda dengan Pernjajian Linggarjati
itu sudah mendapatkan 100 % kekuasaan atas Ekonomi dan mendapatkan pengakuan
Republik atas Kedaulatan Mahkota Belanda, tetapi Belanda belum juga puas. Dia
masih menuntut “gendarmeri-bersama” di daerah Republik sendiri, ialah sebagai
akibatnya pengakuan Republik atas “Mahkota Belanda”.
Jadi nyatalah yang dimaksudkan “KERJA-SAMA” Oleh
Belanda itu tak ada bedanya dengan arti “NIPPON-INDONESIA SAMA-SAMA”. Tetapi
tentulah Pemerintah Republik tak bisa mengakui “gendarmeri-bersama” itu!
Gendarmeri-bersama itu bertentangan sangat dengan kemauan Rakyat. Kalau
diterima juga oleh Pemerintah, maka tak mustahillah akan mengalami PERANG SAUDARA
yang hebat. Sebab itulah maka MAU TAK MAU Pemerintah Republik harus menolak
tuntutan “gendarmeri-bersama” dari pihak Belanda itu.
Karena penolakan “gendarmeri-bersama” itu dan
sebab Belanda sudah merasa jauh lebih kuat dalam hal kemiliteran dan ekonomi dari
pada di waktu “gencatan-perang” maka pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda
menyerang dengan sekonyong-konyong. Republik, yang selama perundingan lebih
dari setahun lamanya itu hanya menggantungkan diri pada hasil perundingan dan
pembangunan bersama dengan Belanda, tertipu dan tercedera. Republik kehilangan
Jawa Barat, sebagian dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Belanda sekarang hanya
lebih kurang 40 Km saja dari Solo. Pemerintah Republik, yang kena-sergap,
tertipu dan tercedera itu terima saja permintaan UNO untuk mengadakan “Gencatan
Perang” dan menerima KTN (Komisi Tiga Negara) sebagai “Badan Perantara”. “Badan
Perantara” itu, setelah perundingan berlangsung membuka topengnya dan
memperlihatkan mukanya yang sesungguhnya. Komisi Tiga Negara itu, adalah wakil
dari tiga Negara yang mempunyai jajahan. Masakan mereka yang sendiri menjunjung
Paham penjajahan begitu saja dapat menolak penjajahan orang lain ialah Belanda!
KTN sebagai alatnya imperialisme Amerika,
Australia (Inggris) dan Belgia, memperalatkan Belanda buat kepentingan
Negaranya masing-masing wakil Tiga Negara itu. Sebaliknya Belanda berusaha pula
memperalat KTN untuk kepentingan dirinya sendiri. Keduanya pihak itu berhasil
mendapatkan keuntungan dari Rakyat Indonesia, yang dijadikan BARANG TAWARAN. Dalam
perjanjian Renville, yang ditanda tangani pada permulaan tahun ini tetap diakui
juga semua MILIK Belanda, walaupun tentara Belanda MENYERANG Republik dan sudah
MENYEMBELIH 40.000 rakyat Sulawesi Selatan laki-perempuan, tua-muda, serta
sudah membinasakan atau merampok harta-benda Indonesia dan menembaki serta
membunuh ribuan Rakyat/Pemuda Indonesia di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali dll
tempat. Pengembalian semua HAK-MILIK Belanda dan semua Hak Milik Asing lainnya
tentulah membutuhkan Hak Politik bagi Belanda dan Asing lain buat memelihara
HAK-MILIK-ASING sebesar itu. Bukankah pula kewajiban Politik yang terutama dan
teristimewa sekali ialah menjamin keberesan jalannya ekonomi? Mungkinkah ada di
dunia ini satu Negara yang ekonominya 100% di tangan bangsa Asing tetapi
politiknya 100 % di tangan putera-bumi?
Kalau Belanda sudah memiliki kembali semuanya
kebun, tambang, pabrik, pengangkutan dan pelbagai Bank, seperti di zaman
“Hindia-Belanda” dahulu maka Belanda akan menuntut kekuasaan Politik yang
seimbang dengan kekuasaan Ekonominya itu. Jadi kekuasaan Belanda atas Polisi,
ketentaraan pengadilan, keuangan, urusan luarnegeri, mesti dapat menjamin
pemeliharaan dan perkembangan perusahaan, perdagangan dan keuangan Belanda dan
Asing yang lain-lain di Indonesia ini. Belanda akan menuntut kekuasaan politik
sebesar atau hampir sebesar kekuasaannya di zaman “Hindia Belanda” dahulu.
Tetapi Pemerintah Republik tahu juga akan adanya
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan insyaf juga bahwa Rakyat dan Pemuda yang sudah
berkorban begitu banyak tak akan mau begitu saja dibawa kemabli kepada status
penjajahan Belanda. Inilah kesulitan yang sukar sekali buat dilintasi oleh
Delegasi Republik. Inilah pula sebabnya maka perundingan acap kali menemui
jalan buntu, walaupun Pemerintah Indonesia sudah terlampu banyak menyerah.
Diantaranya NIT diakui, Wiranatakusuma, Walii Negara Pasundan dilepaskan:
perang digenjet “Kantong” dikosongkan dan lain-lain dsb.
Dalam perjanjian Linggarjati dan perjanjian
Renville, maka Pemerintah Republik sudah mengakui KEDAULATAN Belanda atas
SELURUHNYA Indonesia. Karena Republik cuma sebagian saja, dan malah sebagian
kecil saja dari SELURUHNYA Indonesia, maka Belanda menuntut berlakunya
kedaulatan atas ketentaraan, urusan luar negeri dan keuangan Republik. Dalam perjanjian
Linggarjati sudah dituliskan pula bahwa Belanda dan Indonesia akan “kerja sama”
dalam urusan kebudayaan. Barulah kemudian dalam penafsiran dan pelaksanaan
ternyata, bahwa yang dimaksudkan oleh Belanda dengan “KERJA SAMA” itu ialah
KEDAULATAN BELANDA dalam segala yang berhubungan dengan kenegaraan.
BERHUBUNGAN DENGAN ITU MAKA:
Tuntutan Belanda.
- Dalam Uni (Persekutuan) Indonesia-Belanda diadakan kabinet KERAJAAN dan Dewan Perwakilan KERAJAAN.
- Walaupun Belanda tak menyebut begitu, tetapi maksudnya ialah, supaya PEMERINTAH KERAJAAN itu (Kabinet dan Dewan) berada di atas Pemerintah Negara Indonesia Serikat.
- Supaya urusan luar Negeri dikembalikan kepada Belanda yang memegang kedaulatan atas seluruhnya Indonesia jadi akibat dari pengakuan beberapa Negara Arab atas Republik jangan dilanjutkan dan dipergunakan oleh Republik.
- Supaya TENTARA Republik DIBUBARKAN saja (inipun oleh Belanda dianggapnya cocok dengan kedaulatannya).
- Hal keuangan, plebisciet, dll. Dsb ……………
Sikap Pemerintah Indonesia.
- UNI itu adalah persektuan dari DUA NEGARA merdeka ialah Negara Nederland dan Negara Indonesia Serikat.
- Pemerintah Indonesia ingin Belanda mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Negara Indonesia Serikat. Jadi NIS itu jangan berada DIBAWAH kedaulatan Pemerintah UNI
- Pemerintah Republik sedang memperjuangkan (?) dan mempertimbangkan (?) tuntutan Belanda itu!! Sukar bagi republik membatalkan pengakuan Negara Asing atas KEMERDEKAAN yang sudah DIPROKLAMIRKAN oleh Rakyat dan Pemuda sendiri itu. Bukankah dengan begitu Proklamasi Kemerdekaan akan menjadi LELUCON DUNIA dan SEJARAH.
- Hal ketentaraan ini sedang menjadi soal yang hangat!! Rekonstruksi (!) dan rasionalisasi (!) yang sedang dijalankan ini mungkin sekali akan menimbulkan akibat yang tidak disangka-sangka dan diharapkan oleh pengamat kemerdekaan (ketika Mei 1948).
- Menyerah terus atau …………………bertempur!!!
Buat kami maksud Belanda sudah jelas sebelumnya
Belanda kembali pada permulaan tahun 1946 ke Indonesia! SIFATNYA imperialisme
Belanda mengakibatkan Belanda mengambil sikap seperti yang berlaku selama
perundingan lebih kurang 2 tahun di belakang ini. Sifatnya imperialisme Belanda
mengakibatkan dia tiada bisa (walaupun dia mau!) memberi konsesi yang berarti
kepada Rakyat Indonesia! Apa lagi MENGAKUI Kemerdekaan Indonesia dan menerima
segala konsekuensi pengakuan Kemerdekaan itu. Pengakuan Kemerdekaan Indonesia
itu berarti runtuhnya Negara Nederland dan miskin-melaratnya Rakyat Belanda!
Buat menyaksikan benar-tidaknya perkaan kami ini,
kami persilahkan para pembaca yang budiman membaca RISALAH kami yang lain-lain!
(Salah satunya ialah Risalah Massa Aksi, yang ditulis pada pertengahan tahun
1926). Maka berhubung dengan paham kami tentangan Sifat imperialisme Belanda
itulah, maka kami pada tanggal 1-4-5 bulan Januari tahun 1946 dalam Kongres
Persatuan Perjuangan memajukan tuntutan:
“BERUNDING ATAS PENGAKUAN KEMERDEKAAN 100 % SERTA
MENUNTUT PENSITAAN HAK-MILIK-MUSUH.”
Kami mau berunding dengan Belanda, sesudahnya
Kemerdekaan Indonesia DIAKUI. Sebagai akibatnya pengakuan itu, maka tentara
Belanda harus meninggalkan Pantai dan Lautan Indonesia. Jika Tentara itu toch
TIDAK ditarik kembali, maka Belanda boleh di anggap MUSUH. Dan memangnya
HAK-MILIK-MUSUH itu wajib disita. Ini adalah cocok dengan Hukum Perang dan
Hukum Internasional. Buat menjamin supaya Rakyat/Pemuda bisa terus bertempur
MEMBELA Kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamirkan pada 17 Agustus 1945
itu, maka PERSATUAN PERJUANGAN menuntut diadakan PEMERINTAH RAKYAT dan TENTARA
RAKYAT.
Demikianlah kami melakukan kewajiban kami sebagai
warga negara Indonesia.
Tetapi suara kami tiada didengarkan! Bahkan
diberangus!
Kami ditangkap atas permintaan Delegasi (???).
Dengan demikian maka perundingan yang kami tolak,
karena tiada beradasarkan atas pengakuan Kemerdekaan 100% itu, berjalan terus
sampai lebih dari dua tahun lamanya. Hasilnya? Dengan terus memperkuat tentara,
politik, dan perekonomian, maka Belanda terus-menerus merampas dan menuntut
kian lama kian banyak, dengan suara keras demi keras! Sekarang (Mei 1948) sisa
kekuasaan, yang sebenarnya atas seluruhnya Indonesia, yang tinggal di tangan
Pemerintah Republik, tak lebih dari 10 % yang sedia-kala. Dan Belanda masih
terus menjalankan politik diplomasi, yang di Minangkabau sudah lama terkenal
dengan penuh (ejekan): Seperti Belanda meminta tanah!
Demikianlah dalam perundingan selama lewat dua
tahun ini, pengakuan atas Hak-Miliknya Belanda sudah menjalar menjadi pengakuan
atas Kedaulatan Belanda, atas seluruhnya Indonesia. Hak kedaulatannya sudah
diakui inilah yang sedang dipergunakannya dengan kelicikan “Belanda meminta
tanah “ untuk memperoleh semua kekuasaan atas semua urusan Rakyat Indonesia.
Dengan perkataan lain dia sedang berusaha keras mendapatkan kembali
kekuasaannya sebagai penjajah, ialah kekuasaan 100 % atau hidup dan matinya
Rakyat Indonesia.
Seperti lebih dari dua tahun lampau sikap kami
tetap: Berunding atas pengakuan Kemerdekaan 100 %
Berhubungan dengan sikap kami yang bersandar
kepada Proklamasi ini, maka bagi kami:
- Soal UNI yang berada di bawah Mahkota Belanda itu bertentangan dengan Proklamasi dan Kedaulatan Rakyat. Bagi kami Kedaulatan Rakyat itu tak boleh dipindahkan (inalienable) dan tak boleh dibagi-bagi (indivisible), baik buat selama-lamanya ataupun untuk sementara tempo saja. Bagi kami Pemerintah seluruh Indonesia itu tak boleh di Abdul Kadir atau di Husein-Djajadiningratkan lagi!!
- Soal Unity atau Federasi, soal Negara Republik Kesatuan atau Negara Indonesia Serikat adalah Hak dan Urusan Rakyat Indonesia sendiri. Bangsa Belanda atau bangsa manapun juga tak BERHAK mencampuri urusan pembentukan Negara Republik Indonesia itu.
- Soal Ketentaraan, urusan Luar Negeri, Keuangan dll, adalah semata-mata Hak serta Urusan Rakyat Indonesia sendiri.
- Soal Plebisciet adalah bertentangan dengan tulisan dan lisan PROKLAMASI.
Rakyat pada tanggal 17 Agustus 1945 SUDAH
memproklamirkan Hak Mutlaknya ke-seluruh dunia, ialah Haknya atas Kemerdekaan
dan Kedaulatannya. Kemerdekaan 70 juta bangsa Indonesia pada tanah dan air
seluas 4 ½ juta mili persegi itu tak PERLU dan tak BOLEH diplebiscietkan lagi.
Ini berarti berkhianat kepada Proklamasi!!
Demikianlah kami menganggap Perang dalam arti
Politik dan Diplomasi itu adalah Politik-Diplomasi-Perang.
Akhirnya baiklah juga kami peringatkan kepada
Rakyat/Pemuda semuanya dan kepada SANG GERILYA khususnya hasilnya sejarah
Perundingan, yang dilakukan dipelbagai tempat dan pelbagai tempo antara
seluruhnya bangsa Indonesia, yang jujur percaya kepada “Belanda Peminta tanah”
seperti tergambar pada kisa di bawah ini:
Kata sahibul Hikayat.
Kisah seorang Belanda Peminta Tanah!
Setelah dapat tanah sebidang, maka dipagarilah
tanah itu. Sepanjang pinggir pagar itu ditanamilah ubi jalar (merambat). Ubi
itu menjalar kian kemari keluar pagar menuju ke-empat penjuru alam. Setelah
cukup jauh menjalar keluar, maka diangsurnyalah pagar yang semula itu, supaya
dapat meliputi ubi yang sudah menjalar kian kemari itu. Memang ubi itu adalah
Hak Miliknya ……………katanya: dan tanah BARU yang diliputi oleh ubinya itupun,
adalah Hak Miliknya pula ………….katanya selanjutnya! Demikianlah Belanda terus
menjalankan dan memagari ubinya itu sampai puas hatinya ……………………..!!!
XIII. PERANG EKONOMI
Di musim kita Jaya Berjuang, maka Belanda tak mempunyai
tempat dan tempoh untuk memperkokoh ekonominya. Serangan dari luar dan dari
dalam kota yang didudukinya memusingkan kepalanya dan mengancam jiwanya setiap
hari. Setiap jam. Kebon, pabrik dan tambang tak bisa dibukanya kembali.
Perdagangan dengan luar negeri tak dapat dilakukannya. Bukan saja tentara dan
Laskar yang mengancam hidupnya berterang-terangan tetapi Laskar Terpendam,
barisan bumi hangus, dan sabotase tiada memberi tempo kepada Belada buat
berfikir dengan tenang. Bahkan keluar rumahpun tiada aman bagi Belanda.
Dengan begitu, maka ekonomi Belanda kian hari
kian kalut. Tak ada ganti buat delapan juta rupiah yang harus dibelanjakan
setiap hari untuk mengongkosi serdadunya. UANG KELUAR berat sekali buat pikulan
Belanda yang sudah amat miskin itu, sedangkan UANG MASUK tak ada.
Setelah “Perang digencat” dan politik “Berunding”
serta politik “damai” dijalankan, maka Belanda kembali masuk kebun, pabrik,
tambang dan kantor. Di Surabaya, Semarang, Jakarta, dan Bandung, di Padang, di
Palembang dan Medan; di Pontianak, Banjarmasin, dan balikpapan; di Makasar dll,
tempat dia bisa kembali menyuruh buruh Indonesia, memegang mesin, mencangkul
dan memikul. Semua pekerjaan itu tak bisa dilakukannya sendiri. Mulailah pula
dia menjualkan hasil keringat pekerja Indonesia itu keluar Negeri berupa Karet,
minyak, timah, the gula, kina dan lain-lain. Dalam suasana “damai” itu dapatlah
Belanda memperkokoh ekonominya buat membelanjai serdadunya. Karena
perdagangannya dengan Luar Negeri itu mulai hidup kembali, maka dapatlah pula
Belanda meminjam uang dari Amerika untuk memperkuat kemiliteran, keuangan dan
perekonomiannya sendiri.
Sebaliknya pula dia terus melakukan BLOKADE
terhadap perdagangan republik. Kapal Republik yang keluar dari Indonesia
mengangkut barang dagangan DISITA atau ditembakinya. Maksud Belanda ialah
supaya dirinya sekian hari sekian kaya dan sekian kuat, tetapi Republik sekian
hari sekian miskin, dan sekian lemah. Setelah percederaan pada tanggal 21 Juli
1947, maka hampirlah semua DAERAH-PLUS (ialah daerah berkelebihan) makanan di
pulau Jawa jatuh ke tangan Belanda. Yang tinggal cuma daerah yang di zaman
“Hindia Belanda” cuma cukup saja buat diri sendiri atau yang dalam kekuarangan
(daerah-minus) seperti Bojonegoro, Pajitan, Yogya dan Solo. Daerah Republik
yang sudah dalam keadaan kekuarangan makanan dan pakaian itu ditambah
kacau-balau pula oleh PERANG UANG yang dilakukan oleh Belanda terhadap uang
Republik. Bermacam tindakan jahat, yang langsung atau tidak, telah dilakukan
oleh Belanda, untuk memerosotkan harga uang Republik. Akibatnya, ialah
kehidupan Rakyat makin sukar karena harga uang semakin merosot dan barang
keperluan hidup (seperti makanan dan pakaian) semakin melambung harganya.
Perekonomian Rakyat, yang sudah kalut itu diperkalut pula oleh adanya Colonne
ke-5 yang dikirimkan oleh Belanda ke dalam pemerintahan administrasi
badan-ekonomi ketentaraan dll. Dengan maksud jahat, ialah memperkalut yang
sudah kalut itu.
Dalam semangat “damai-nya” maka pemerintah kita
mempermudah pula masuknya pelbagai spion yang bertopeng “wartawan” atau wakil
dari Serikat Sekerja ini atau itu. Revolusi di zaman manakah dan dinegeri
manakah yang membolehkan anggota musuh atau sahabat musuh keluar masuk ke
tempat-tempat yang penting bagi pertahanan, seperti Malang, Cirebon dan
lain-lain? Puluhan tahun setelah Revolusi BERHASIL, pula maka pemerintah Rusia
masih tiada semudah pemerintah Republik Indonesia mengizinkan orang yang
keluar-masuk dimana Revolusi itu sedang berlaku dengan hebatnya. Kegampangan
keluar masuknya bangsa Asing (termasuk bangsa musuh atau konconya musuh)
mempermudah Belanda mencari bagian yang lemah dalam kemiliteran, politik dan
ekonomi kita! Juga ekonomi! Karena dengan mengetahui keadaan ekonomi dan harga
barang di pedalaman maka Belana dengan mudah dapat menjalankan perang-ekonomi
dan perang-uangnya.
Kita tahu bagaimana Belanda menyuruh tengkulaknya
membeli makanan sayur, hedan dan lain-lain dari daerah Republik dengan ORI yang
tak ada harganya di daerah pendudukan Belanda. Tetapi Rakyat harus menukarkan
uang ORI dengan rupiah Belanda, kalau berada di daerah pendudukan, untuk beli
semacam itu Belanda MEMBELI-MURAH kepada Republik Indonesia segala barang yang
dibutuhkannya. Sebaliknya dia MENJUAL MAHAL kepada Republik segala barang yang
dibutuhkan oleh Rakyat Indonesia. Dengan begitu maka uang ORI terus merosot!
Sebanding dengan itu pula maka harga barang keperluan hidup sehari-hari buat
Rakyat semakin melambung harganya.
Untuk memperbaiki perekonomian Rakyat Indonesia
belumlah cukup mendirikan apa yang dinamakan “Braintrust” (Gabungan Otak) itu.
Perbaikan perekonomian Rakyat Indonesia haruslah diperbaiki dengan pertolongan
Rakyat sendiri dan watak Rakyat sendiri. Tani, buruh, pedagang Indonesia
sendiri harus campur dengan merencanakan produksi (penghasilan), distribusi
(pembagian) serta pertukaran barang. Tidak cukup selusin atau lebih orang yang
bertitel ini atau itu saja memikirkan begini atau begitu buat kaum buruh dan
tani, tanpa membawa buruh dan tani itu sendiri ke dalam kincir Produksi dan
distribusi. Tetapi buruh dan tani Indonesia cuma baru akan giat bekerja, kalau
mereka merasakan sendiri faedahnya rencana ekonomi yang begini atau begitu.
Kalau sesuatu “Braintrust” itu merencanakan
produksi dan distribusi itu cuma buat kepentingan segelintir dua manusia saja,
rencana itu tak akan kekal hidupnya di Indonesia ini. Apalagi kalau rencananya
“Braintrust” itu harus pula disandarkan kepada “Kerjasama” dengan Belanda dan
Modal Asing lainnya. Rencana semacam itu akan menjadi rencana Modal Asing saja.
Dan “Braintrust” itu akan menjadi kuda-beban modal Asing itu saja. Penyakit
perekonomian Rakyat Indonesia sudah sampai begitu mendalam disebabkan oleh
wabah kapitalisme Belanda selama 350 tahun dan wabah kapitalisme-militerisme
Jepang selama 3½ tahun. Penyakit perekonomian Rakyat tak bisa diobati pel dan
pudar lagi, melainkan harus disembuhkan oleh OPERASI oleh pembedahan. Terutama
sekali perekonomian Rakyat Indonesia baru dapat diselenggarakan dalam Republik
yang merdeka 100%, yang SEKURANGNYA 60% memiliki dan menguasai produksi,
distribusi, upah, export, dan import (LIHAT RENCANA EKONOMI oleh TAN MALAKA).
Rencana yang dibikin oleh berlusin-lusin “Braintrust” dalam suasana
“kerja-sama” dengan modal besar Asing akan berakhir dengan pemerasan dan
penindasan atas buruh dan tani Indonesia belaka.
Kami merasa wajib memperingatkan hal tersebut di
atas kepada KAUM MURBA!!!
Tetapi tiadalah pula berarti, bahwa dalam
revolusi ini kaum Murba (buruh, tani, pedagang dan Rakyat serta intellect
jembel!) haruslah berpangku tangan saja! Kaum Murba harus tunda Rencana Ekonomi
tulen, besar-besaran, sampai Revolusi ini selesai dengan kemenangan bagi Murba.
Tetapi selama Revolusi ini berlangsung, maka kaum Murba harus pula menjalankan
Rencana Ekonomi. Rencana itu tak lain hanyalah Rencana-Ekonomi Perang.
Dalam Perang Ekonomi melawan Belanda itu, semua
sikap dan tindakan Ekonomi harus ditujukkan kepada Belanda, ialah:
- Mengambil Sikap dan Tindakan dalam Ekonomi (yaitu dalam produksi, distribusi dan lain-lain) yang bersifat merugikan perekonomian Belanda.
- Mengambil Sikap dan Tindakan dalam ekonomi yang bersifat menguntungkan Rakyat yang ber-revolusi.
Berhubung dengan (1), maka Rakyat revolusioner
janganlah sekali-kali membantu memperbesar produksi dan perdagangan
(distribusi) Belanda!! Sebenarnya lebih efektif (lebih besar hasilnya) kalau di
daerah pendudukan Belanda kaum buruh sama sekali tiada mau bekerja dalam kebun,
tambang, atau pabrik dan kantor Belanda. Ditambah pula kalau Rakyat sama sekali
tiada mau membeli barang dari saudagar Belanda dan tiada mau bekerja dengan
Belanda. Hati lemah, keadaan hidup dan 1001 alasan bisa mengizinkan Rakyat
Revolusioner bekerja juga dengan Belanda. Memang pula bisa dimasuki perusahaan
Belanda itu dengan maksud mengadakan SABOT dari dalam atau mendirikan barisan
terpendam. Tetapi tak ada orang yang bisa menyangkal, bahwa BOYCOTT-KERJA dan
BOYCOTT BELILAH senjata paling efektif terhadap Belanda ceroboh itu!!
Sebaliknya pula berhubung dengan (2), maka semua
sikap dan tindakan harus diambil untuk memperbesar produksi dan memperbaiki
distribusi bagi Rakyat kita sendiri. Haruslah pula terutama dipikirkan, bahwa
tani tak akan menghasilkan lebih dari pada keperluannya sendiri, kalau
kelebihan-hasilnya itu tiada dapat ditukarkannya dengan pakaian, cangkul, garam,
minyak dan lain-lain. Jika petani tiada dapat membeli keperluan, yang harus
dibelinya itu, maka dia tiada akan menghasilkan lebih dari pada keperluan
keluarganya sendiri. Dengan demikian maka hasil tani akan susut, merosot!
Tetapi kalau kaum tani cuma dapat membeli barang
asing saja (kain dan lain-lain), maka pedagang asing dan pabrik asing saja yang
beruntung. Jadi supaya untung jangan jatuh ke kantongnya musuh untuk
membelanjai serdadunya, dan supaya tani mempertinggi hasil, maka haruslah
Rakyat sendiri mendirikan pelbagai perusahaan yang dibutuhkan oleh Rakyat kita
sendiri.
Memang kita tahu, bahwa perusahaan modern dengan
mesin modern, baru bisa kita bangunkan setelah kita merdeka. Tetapi kita semua
tahu pula, bahwa kita ratusan tahun lampau sudah pandai memintal benang dan
menenun kain, membikin kapak, pacul, minyak, garam dll. Di waktu belakangan ini
sudah pula kita bisa membikin kecap, tahu, tempe dll! Walaupun belum secara
modern, besar-besaran, kita pula sudah mempunyai mesin buat bikin kain, kertas,
kina, alkohol, es dan lain-lain.
Siasat ekonomi kita haruslah menambah apa yang
sudah ada. Para ahli kita hendaknya terus memikirkan dan mendapatkan perkakas
dan obat-obatan seperti dari zaman Jepang sampai sekarang. Hasil yang
menggembirakan kita sampai sekarang ini, harus diperbesar dan diperbaiki.
Selain dari pada semuanya itu, maka sistem
KOPERASI-lah yang harus mengisi apa yang kurang dalam PERANG EKONOMI kita
menghadapi ekonomi musuh. KOPERASI itu adalah satu SENJATA EKONMI yang hebat
bersama dengan senjata politik serta KARABIN dan GRANAT ditangannya SANG
GERILYA. Sang Gerilya harus bisa menyelenggarakan KOPERASI itu dimana saja dia
berada di kota, di desa dan di gunung. KOPERASI sebagai pengisi perekonomian
Rakyat dan pembantu politik serta gerilya itu adalah berbagai macam, yakni:
31. Koperasi
produksi (penghasilan).
32. Koperasi
distribusi (pembagian).
33. Koperasi
pengangkutan.
34. Koperasi
Kredit (keuangan).
35. Koperasi
pasar
Kelima Koperasi itu bilamana saja dan dimana saja
dapat dan harus diusulkan dijalankan dan diawasi oleh Sang Gerilya.
Di kota dapat didirikan KOPERASI PRODUKSI
(membikin pacul, kain, alat perkakas, dan lain-lain); KOPERASI DISTRIBUSI
(barang dagangan seperti kain, alat perkakas dan lain-lain); KOPERASI
PENGANGKUTAN untuk mengangkut barang dari tempat ke tempat; KOPERASI KREDIT
buat mendapatkan modal dengan jalan iuran sesen dua sen, atau serupiah dua
rupiah. KOPERASI PASAR, ialah mengendali harga barang di pasar.
Di desa atau di gunungpun dapat didirikan
koperasi, terutama koperasi produksi (pertanian) dan koperasi pengangkutan dan
koperasi credit.
Maksud koperasi yang pertama, ialah buat
mendapatkan harga semurah-murahnya bagi anggotanya. Untung yang dibikin
sekecil-kecilnya itu, boleh dipakai untuk memperbesar organisasi sendiri; untuk
kepentingan sosial serta untuk kepentingan perang-gerilya. Dalam maksud itu
sudah terkandung pula pembelaan diri terhadap perekonomian musuh yang bersifat
kapitalis dan imperialistis itu. Akhirnya koperasi dalam ekonomi itu memberikan
LATIHAN, yang tepat dan praktis buat melaksanakan PERSATUAN dan menghidupkan
kembali semangat TOLONG BERTOLONG, dan GOTONG ROYONG di antara Rakyat kita di
kota, desa dan gunung.
KOPERASI itu memberi kesempatan penuh kepada
seseorang pahlawan Gerilya untuk melaksanakan serta mempertinggi kesanggupan
sebagai PEMIMPIN. Tidak saja di lapangan keprajuritan, tetapi juga di lapangan
politik dan ekonomi Sang Gerilya melatih dan menggembleng dirinya sendiri untuk
menjadi pemimpin bangsanya itu. Sang Gerilya, sebagai pemimpin pertempuran,
pemimpin politik dan perekonomian pada salah satu daerah, adalah pemimpin
Negara dalam arti-sempit. Supaya sanggup menjalankan pimpinan yang sempurna
atas lingkungannya itu, maka Sang Gerilya haruslah mempunayi cukup pengetahuan
tentang kemiliteran, politik dan perekonomian, terutama dalam hal ini, ialah
tentangan Koperasi. Tetapi tak kurang pentingnya, ialah SIKAP SOSIAL, SIKAP
KEKELUARGAAN yang harus dimiliki oleh Sang Gerilya sebagai pemimpin Sosial itu.
Pengetahuan tentang dasar, undang-undang,
organisasi dan administrasi yang mengenai koperasi dapat dipetik oleh Pemimpin
Gerilya itu dari beberapa Risalah, yang sudah disebarkan disekitarnya. Tetapi
sikap-sosial, yang harus dimiliki olehnya sebagian adalah pembawaannya sendiri
dan sebagian lagi boleh diperolehnya dengan jalan latihan dan gemblengan diri
sendiri.
Demikianlah di waktu terluang, di waktu tiada
berlatih dan bertempur, Sang Gerilya mengadakan perhubungan jiwa yang
serapat-rapatnya dengan masyarkat disekitarnya. Dia berlaku seperti adik kepada
yang lebih tua dan sebagai kakak atau bapak terhadap yang lebih muda. Barang
pinjaman dikembalikannya dalam keadaan baik! Semua hutangnya dibayarnya!
Keteledoran orang lain tentang pinjaman dan hutang itu ditegornya dan
dibetulkannya dengan suara lemah-lembut. Yang sakit dicarikan obat! Yang
mendapat kecelakaan ditolongnya! Dia senantiasa pula membangunkan perasaan
tolong bertolong pada mereka yang berada disekitarnya. Dalam waktu terluang dia
memberantas buta-huruf dan mengerahkan semua tenaga kejurusan itu. Dia tahu,
bahwa kebodohan dan kegelapan adalah temannya kapitalisme-imperialisme.
Sebaliknya pula pengetahuan yang disertai budi-pekerti adalah jiwa kekuatan
sesuatu bangsa. Sang Gerilya mengerahkan teman-temannya untuk membantu petani
mengerjakan sawah-ladangnya di waktu terluang, dan membantu kaum buruh dalam
pekerjaannya. Dia mengerti pula, bahwa kemakmuran adalah tulang punggungnya
perjuangan.
Ringkasnya tak ada cabang penghidupan yang luput
dari matanya dan terlepas dari pada perhatiannya Sang Gerilya. Disamping itu;
SEGALA HUTANG DIBAYARNYA DAN SEGALA JANJI DITEPATINYA.
Dengan perhubungan jiwa yang rapat antara Sang
Gerilya dengan Rakyat Murba disekitarnya, maka pimpinan yang dilakukannya itu,
adalah satu pimpinan-kekal yang tiada mudah buat ditiadakan oleh lawan dan
musuh. Seandainya, untuk waktu yang lama atau sebentar, Sang Gerilya terpaksa
meninggalkan tempatnya semula, maka ditempat yang ditinggalkan itu akan tetap
ada pengikutnya yang akan meneruskan pekerjaannya, sebagai pemimpin baru.
Seandainya dia harus berpisah dengan tempat itu, lama atau sebentar, ditempat
tadi dia akan mempunyai BARISAN TERPENDAM yang kuat dan boleh dipercayai!
Hasrat hidup serta pekerjaannya akan terlaksana terus! Rakyat yang bisa
mengatur ekonominya sendiri dan sewaktu-waktu bisa mengadakan Pemimpin Baru
dari anggotanya sendiri bila saja dan dimana saja tak akan bisa dikalahkan
dengan tank dan pesawat terbang saja!
Perang ekonomi yang dilakukan oleh musuh itu,
oleh Rakyat Indonesia, yang menduduki alam yang Maha-Kaya dan Maha-Murah ini,
bisa dijawab dengan Perang Ekonomi pula: Baru disinilah PERANG EKONOMI itu
berarti sama dengan EKONOMI PERANG.
XIV. UNO
Sudah sepatutnyalah semua bangsa beradab di dunia
ini, menaruhkan pengharapan kepada adanya satu organisasi-dunia, yang bersifat
sama dengan satu Pemerintah dari Satu Negara Merdeka; Satu Pemerintah yang
adil, serta cukup kuat untuk menjatuhkan dan mejalankan sesuatu Hukum kepada
sesuatu Negara yang bersalah, karena melanggar peraturan sedunia, yang sudah
ditetapkan bersama-sama oleh semua Negara Beradab di dunia ini.
Karena tak ada Hakim-Tertinggi dan
Pemerintahan-Tertinggi untuk seluruhnya dunia itu, maka pertikaian antara
Negara dan Negara serta antara bangsa dan bangsa, semenjak sejarah manusia itu
dikenal, cuma dapat diselesaikan dengan senjata saja. Negara atau bangsa yang
kuat dan menanglah yang dianggap benar. Dan bangsa serta Negara yang lemahlah
yang dianggap salah. Demikian antara Negara dan Negara di dunia itu pada abad
ke-20 ini sudah memuncak kepada dua perang-dunia yang dahsyat-hebat, yang
memusnahkan jutaan manusia, sehat, muda-remaja, sebagai prajurit. Pada
Perang-Dunia ke I, adalah sepuluh juta prajurit yang tewas di kedua belah
pihak. Disamping itu lebih kurang sepuluh juta pula yang menderita cacat-badan
sehingga tak dapat lagi mencari nafkah hidup. Jadi boleh dikatakan, bahwa
perang dunia pertama itu memakan lebih kurang dua puluh juta korban manusia.
Perang dunia kedua ini tentulah pula memakan korban yang tiada bedanya dengan
perang-dunia kesatu itu!
Sesungguhnya hampir semua Agama Dunia, ialah
Agama Nasrani, Budha dan Islam sudah mengandung hasrat perdamaian dunia itu.
Tetapi perdamaian itu di antara beberapa bangsa dan Negara seagamapun jauh dari
pada tercapai. Bukanlah bangsa Jerman dan Perancis-Inggris-Amerika, yang
berperang dua kali dalam abad ini keduanya penganut Nasrani? Bukanlah Turki
pernah berperang dengan Arab, walaupun keduanya bangsa itu beragama Islam? Bukankah
pula Jepang dan Tiongkok yang berperang-perangan itu keduanya penganut agama
Budha?
Di zaman gelap purbakala, maka yang menjadi
pendorong peperangan itu ialah perampasan harta tenaga manusia (budak). Di
zaman kapitalisme pada empat lima abad dibelakangan ini yang menjadi pendorong
itu ialah perebutan pasar, untuk mendapatkan bahan, untuk menjual barang pabrik
dan untuk menanam modal. Maka selama kapitalisme ini ada dan dunia
terpisah-pisah dalam beberapa Negara, maka sukarlah untuk mendapatkan perdamaian
dunia itu.
Volkenbond, Serikat Bangsa yang didirikan setelah
perang dunia pertama degan maksud memelihara perdamaian dan memberantas
kecerobohan, kandas, terbengkalai, akhirnya bubar, karena pertentangan yang
terbawa oleh sistem kapitalisme-imperialisme di dunia ini juga. Apakah UNO,
yang didirikan setelah perang Duni ke II ini akan berhasil mecapai maksudnya?
Marilah kita kupas Maksud dan Daya Upaya UNO
untuk mencapai maksudnya itu, serta keadaan dunia, yang menjadi sumber bagi
semua pertikaian dan kekuatan di antara Bangsa-Bangsa serta Negara dan Negara.
Dalam Risalah “PIAGAM PERDAMAIAN” Bab 1 TENTANGAN
MAKSUD DAN AZAS, di antara lain-lain termaktub:
Maksud UNO ialah:
- Memelihara perdamaian dunia dan buat itu mengambil tindakan bersama buat menolak dan melenyapkan ancaman kepada perdamaian ……….dll.
- Memajukan persahabatan di antara beberapa negara berdasarkan atas kehormatan, terhadap dasar PERSAMAAN HAK (Equal Rights) serta HAK MENENTUKAN NASIB SENDIRI oleh semua bangsa (Rights of self-determination of peoples ………….dll).
Bab VII. TINDAKAN TERHADAP ANCAMAN PERDAMAIAN
GANGGUAN PERDAMAIAN DAN TINDAKAN CEROBOH (Agression).
PASAL 39.
DK (Dewan Keamanan) akan memutuskan (tidaknya)
sesuatu ancaman terhadap perdamaian, gangguan (branches) perdamaian atau
tindakan ceroboh dan akan mengadakan usul atau menentukan tindakan apa yang
akan diambil yang cocok dengan Pasal 41 dan 42, untuk memeliharakan perdamaian
dan ketentraman dunia.
PASAL 41.
DK bisa memutuskan, tindakan apa (yang tiada
memakai kekerasan) yang akan dipergunakan untuk melaksanakan putusannya dan boleh
meminta para anggtao UNO melakukan tindakan itu. Termasuk juga pada tindakan
ini, ialah pemutusan perhubungan ekonomi, seluruhnya atau sebagian saja dan
memutuskan perhubungan kereta, laut, udara pos dan kawat, serta radio dan
perhubungan lain dan memutuskan hubungan diplomasi.
PASAL 42.
Apabila DK menganggap tindakan menurut Pasal 41
tersebut tak cukup atau ternyata tak cukup, maka DK boleh mengambil tindakan
dengan TENTARA udara, laut, dan darat, menurut kepentingan mengembalikan
keamanan dan ketentraman dunia.
Pendeknya: UNO sebagai perserikatan beberapa
bangsa di dunia bermaksud memelihara perdamaian dan Ketentraman dunia.
Daya-Upaya untuk mencapai maksud itu, ialah melakukan PEMBOIKOTAN (ekonomi,
perhubungan dan diplomasi) dengan sesuatu Negara yang sudah ditetapkan BERSALAH
(ceroboh). Kalau Pemboikotan (menurut pasal 41) itu tak cukup maka UNO boleh
memaksa Negara-Bersalah (ceroboh) itu dengan senjata Udara, Laut dan Daratan
(menurut Pasal 42).
Semuanya itu memang lebih mudah dikatakan
daripada dijalankan. Sebabnya ialah, karena terlampau banyak pertentangan di
antara negara dan neagra yang menjadi anggota UNO itu. Pertentangan terbesar
adalah LIMA.
I. PERTENTANGAN YANG PUNYA JAJAHAN (The Haves)
DAN TAK PUNYA (The Have-Nots).
Lama Negara Jerman tertekan, setelah takluk pada
perang dunia ke-satu. Teapi setelah lebih kurang lima belas tahun, maka Negara
Jerman bangkit kembali dengan segala kekuatan. Dia sebagai
Negara-Tak-Punya-Jajahan menuntut jajahan pada Negara-Yang-Punya Jajahan-Luas,
seperti Inggris, Perancis, Belanda. Bersama Jerman ikut pula menuntut jajahan
ialah Negara Italia dan Jepang. Italia yang merampas Abesinia tak dapat dihukum
karena dapat bantuan dari Jepang dan Jerman. Jepang yang merampas daerah
Tiongkok tak pula dapat dihukum (dibekot atau diperangi), karena Italia dan
Jerman membantu Jepang. Akhirnya Jerman yang ceroboh, yang mulai merampas
daerah Cekoslowakia tak pula dapat dihukum, karena dibantu oleh Italia dan
Jepang. Jadi negara Yang-Tak-Punya-Jajahan selalu bersatu menghadapi beberapa
Negara Berpunya. Kalau hukuman dijalankan juga tentulah gabungan
Yang-Tak-Berpunya akan berhadapan dengan gabungan Yang-Berpunya. Ini berarti
perang-dunia. Kalau hukuman tiada dijalankan maka akan bermerajalelalah
rampas-merampas: Yang-Kuat merampas dan memerangi Yang-Lemah. Ini akan berakhir
pada perang dunia juga. Memangnya Perang-Dunia timbul juga karena Volkenbond
membiarkan saja Jepang, Italia, Jerman berlaku ceroboh pada waktu permulaan.
Dimata UNO sekarang maka bangsa Jerman, Italia
dan Jepang masih termasuk bangsa takluk dan tertekan. Tetapi untuk berapa lama?
Setelah pada satu ketika mereka bangkit kembali, maka kelak pertentangan lama
akan timbul pula kembali. Dengan demikian maka akan bangkitlah kembali penyakit
lama yang sudah membawa Volkenbond ke kubur dan akan mengancam hidupnya UNO.
2. PERTENTANGAN ANTARA NEGARA IMPERIALIS DENGAN
NEGARA IMPERIALIS.
Diantara Negara Imperialis dan negara Imperialis,
yang berada dalam Volkendbond dan di luar Volkenbond dahulu, banyak sekali
terdapat pertentangan. Yang satu curiga kepada yang lain dan selalu mau
mengatasi yang lain itu. Demikianlah di masa Volkenbond, Inggris (Yang
Berpunya) sangat bertentangan dengan Perancis dan Amerika (juga-Berpunya).
Dimasa UNO ini sekarang kelihatan benar
bertentangan Inggris dengan Amerika terhadap persoalan Arab-Yahudi di
Palestina. Inggris dan Amerika keduanya berbahasa satu dan banyak mengandung
persamaan dalam hal kebangsaan, filsafat politik, agama dan kebudayaan. Tetapi
kepentingan kapitalis masing-masing tiada selalu sama pada tiap-tiap tempat. Di
Amerika Selatan kepentingan kapital Amerika Utara tiada selalu sama dengan
kepentingan kapitalis Inggris disitu. Begitu pula di Palestina dan dibeberapa
Negara Arab di sekitar Palestina.
Demikianlah sekarang (Mei 1948) dalam menghadapi
pertikaian Arab-Yahudi, maka Inggris memihak kepada Arab dan Amerika Serikat
memihak kepada Yahudi. Kemungkinan ada pula, bahwa kelak Amerika Serikat akan
mendapatkan kata-sepakat dengan Inggris, terhadap soal Palestina itu. Tetapi nyatalah
sudah dalam waktu sedikit saja sudah dua putusan UNO yang TIDAK diperdulikan
oleh bangsa Arab dan Yahudi. Kedua putusan UNO itu berseluk-beluk pula dengan
pertentangan Amerika-Inggris. Bermula UNO memutuskan supaya Paletina dibagi
dua, menajdi Negara Arab dan Negara Yahudi. Kedua Arab dan Yahudi menolak
putusan UNO itu mentah-mentah! Kemudian UNO memutuskan mau mengadakan
TRUSTEESHIP (pengawasan atas Palestina). Putusan inipun oleh Arab dan Yahudi
ditolak mentah-mentah!
Dalam bulan Mei ini Yahudi sedang bertempur
dengan Arab walaupun sudah UNO dengan maksud mulia dan mempunyai rancangan
memberantas perusak perdamaian. Yang terpenting pula buat diketahui ialah
dengan maksud mulia dan rancangan memberantas perusak perdamaian itu, sampai
sekarang UNO belum mempunyai TENTARA untuk menjalankan sesuatu HUKUMAN terhadap
suata Negara yang dianggap BERSALAH!
3. PERTENTANGAN ANTARA GABUNGAN SOVIET (Sosialis)
DENGAN GABUNGAN KAPITALIS.
Pertentangan ini sekarang berpusat pada gabungan
Rusia, Polandia, Cekoslowakia, Rumania, Bulgaria, Yugoslavia, dan Hongaria di
satu pihak serta Amerika, Inggris dan Perancis dll di lain pihak. Pertentangan
antara Soviet Rusia dengan Gabungan Negara Imperialis memangnya sudah ada
semenjak Soviet Rusia berdiri pada tahun 1917. Tetapi di masa Volkenbond,
Soviet Rusia baru di belakang hari sekali masuk menjadi Anggota Volkenbond itu.
Amerika Serikat tak pernah menjadi Anggota Volkenbond meskipun Bapak Volkenbond
itu adalah Presiden Amerika sendiri, ialah Presiden Wilson.
Keduanya Soviet Rusia, dan Amerika Serikat adalah
anggota terutama dalam UNO Soviet Rusia dengan Gabungan Negaranya sudah
meliputi lebih dari 300 juta penduduk, jadi lebih kurang dua kali sebesar
penduduknya di masa Volkenbond. Amerika Serikat sudah terhitung Negara yang kuat
sekali di dunia sesudah perang dunia kedua.
Pertentangan Gabungan Soviet dengan Gabungan
Amerika sekarang menjalar masuk ke dalam UNO. Pertentangan ini membikin
pertentangan Soviet dan Amerika menjadi lebih terang dan lebih mudah dilihat,
atau sekali lagi perang dunia terpaksa dilakukan buat menentukan siapa yang
“BENAR”. Atau persetujuan harus diperoleh dengan “KONSESI BESAR” dari kedua
pihak. Tetapi keputusan dengan jalan damai atau kekerasan itu haruslah
didapatkan kalau UNO benar-benar hendak dijadikan satu organisasi yang bersifat
Pengadilan dan Pemerintah Dunia.
Dalam keadaan sekarang tak dapat UNO mengambil
sesuatu keputusan yang agak penting. Satu keputusan UNO yang oleh Soviet Russia
dirasanya merugikan dirinya, boleh digagalkannya dengan memakai HAK-VETO-nya
(Hak melarang). Begitu pula sesuatu keputusan UNO yang oleh Amerika Serikat
dianggapnya bertentangan dengan kepentingan dirinya, dapat ditolaknya dengan
memakai HAK-VETO-nya pula. Demikianlah pertentangan tajam yang sewaktu-waktu
bisa meletus menjadi perang dunia ketiga, antara kepentingan Gabungan Soviet
Rusia itu dengan Gabungan Amerika Serikat terdapat hampir diseluruhnya Eropa,
di Lautan Tengah (Italia, Turki dan Iran) dan di Timur Jauh (Korea dan
Tiongkok).
4. PERTENTANGAN KAUM BURUH DAN KAUM KAPITALIS.
Pertentangan inilah yang menjadi Sumber
pertentangan yang sebenarnya antara Gabungan Soviet dan Gabungan Kapitalis yang
terpusat pada Amerika Serikat seperti tersebut di atas tadi. Pertentangan ini
akan terus menerus berlaku selama ada kapitalisme. Kaum buruh di seluruh dunia
tentulah bersimpati dengan kaum seperjuangannya yang sudah menang di Rusia.
Kaum Kapitalis diseluruh Dunia tentulah bersimpati dengan kaum kapitalis
Amerika Serikat karena mereka sama-sama merasa terancam oleh gerakan buruh
revolusioner. Pertentangan buruh dengan kapitalis itu tentulah, mau tak mau,
merayap masuk ke dalam gedung UNO! Pertentangan itu baru akan lenyap apabila
kapitalisme sendiri sudah lenyap dari seluruhnya muka bumi ini.
5. PERTENTANGAN KAUM PENJAJAH DAN KAUM TERJAJAH.
Hampir seluruhnya bangsa berwarna yang meliputi
lebih kurang tiga perlima (3/5) penduduk seluruhnya dunia, masih berada di
bawah pemerasan, penindasan atau pengaruh bangsa berkulit putih. Pemerasan dan
penindasan itu terutama sekali dan pertama sekali bersandar kepada kelebihan
Dunia Barat dari Dunia Timur dalam hal tehnik, ekonomi, ilmu bukti dan
organisasi. Kelebihan itu dipertajam pula oleh perbedaan warna-kulit, bahasa
dan kebudayaan. Tetapi dimana tehnik, ekonomi, ilmu bukti dan organisasi itu
sudah bersamaan, perbedaan warna itu belum juga dapat melenyapkan “perbedaan
ras” antara satu sama yang lainnya.
Di Amerika Serikat sendiri, di antara
sewarga-Negara, dalam satu Negara, yang menjunjung tinggi demokrasi dan
perikemanusiaan, maka kedua azas yang cantik-molek ini cuma berlaku di antara
bangsa berkulit putih saja. Itupun hanya di antara sebagian kecil yang berkulit
putih itu pula. Bagi kaum buruh Amerika sendiri demokrasi dan perikemanusiaan
itu, hanyalah satu perhiasan kata dan semboyan pemungutan suara kaum buruh saja
di waktu pemilihan Kongres dan Presiden Amerika.
Tetapi terhadap bangsa Negro kaya atau miskin,
terpelajar atau tidak, oleh Yang Berkulit-Putih “perasaan lebih” (entah dalam
hal mana!) itu masih terus diperlihatkan. Didalam pergaulan hidup sehari-hari
antara putih dan hitam, apalagi dalam hal perkawinan, maka “perasaan lebih”
orang berkulit putih itu masih bermerajalela. “Rasa-lebih”nya orang berkulit
putih masih terlihat di Tiongkok, di India dan di Afrika Selatan. Kita sendiri
di Indonesia ini tak perlu lama dan jauh mencari contoh di sekitar kita sendiri
dalam pergaulan kita dengan bangsa Berkulit-Putih. Cuma segelintir dua gelintir
manusia yang naif dan dhaif saja, yang tiada dapat melihat atau tiada mau
melihat “hoogmoeds-waanzin” superiority complex, kecongkakan orang berkulit
putih, karena keputihan kulitnya.
Selama “perasaan lebih” dipihak berkulit putih
(tidak pada semua bangsa dan tidak pula pada segala kelas) itu masih ada dan
dimana pula dengan "perasaan kurang" oleh pihak berwarna, selama
itulah pula PERSAMAAN HAK yang dijunjung tinggi oleh UNO akan tinggal perkataan
hampa saja.
Orang berkulit putih yang datang ke Asia dan
Afrika ini harus melenyapkan “rasa lebihnya” itu. Begitu pula orang berwarna
harus menjauhkan “rasa kekurangannya”. Barulah persamaan dalam undang-undang
yang mengenai pergaulan kedua jenis manusia itu bisa dibentuk dan dilaksanakan.
Kalau tiada maka undang-undang semacam itu akan tinggal di atas kertas saja.
Demikianlah pula halnya, maka pengakuan UNO atas
HAK TIAP-TIAP BANGSA UNTUK MENENTUKAN NASIBNYA SENDIRI itu (rights of self
determination) akan tetap tinta di atas kertas saja!
Sekianlah sekedar tentang maksud dan Daya-Upaya
UNO. Marilah sedikit kita ambil beberapa kesimpulan dalam hal kita bangsa
Indonesia menghadapi UNO.
Seandainya UNO setia kepada azasnya sendiri dan
tiada memandang warna atau kelas, maka sewajarnyalah UNO pertama sekali
MENGAKUI Kemerdekaan kita. Karena apa yang kita lakukan pada tanggal 17 Agustus
1945 itu, lain tidak hanyalah menjalankan Azas UNO sendiri ialah:
MENENTUKAN NASIB
KITA SENDIRI.
Tugasnya kita sudah MERDEKA dan Negara MANA saja
yang melanggar kemerdekaan kita itu adalah Negara Ceroboh (Agressor) yang
mestinya DIBOIKOT atau diperangi oleh UNO. Yang menjadi pertimbangan UNO
mestinya cuma pertama tindakan yang harus dilakukan, ialah PEMBOIKOTAN atau
KEKERASAN (dengan senjata). Kedua, tempo buat menjalankannya. Tetapi sebaliknya
dari pada konsekwen yang kita harapkan dari UNO itu, maka kita melihat semua
Negara Imperialis membantu si-Agresor Belanda. Inggris memasukkan Belanda ke
dalam daerah Republik. Kalau tiada dengan pertolongan Inggris, maka Belanda
mungkin sekali tak sanggup masuk sama sekali, sampai sekarang ini. Amerika mempersenjatai
dan membantu melatih tentara Belanda, yang dikirimkan ke Indonesia. Lagi pula
Amerika Serikat sudah beberapa kali membantu Belanda dengan uang. Tanpa uang
Amerika itu, tentara Belanda mungkin sudah roboh sendiri karena mati kelaparan
di Indonesia ini saja.
Walaupun beberapa pahitnya pengalaman yang kita
peroleh dari pihak Inggris-Amerika, yang keduanya anggota dari UNO itu, tetapi
kita tiada pula boleh melupakan anggota yang tetap memberi kebutuhan diplomasi
yang berharga kepada Indonesia ialah Soviet Rusia dan lain-lain. Bagaimana
juga, UNO dalam corak sekarang bukanlah menjadi pengharapan yang terakhir
ataupun yang pertama bagi perjuangan Kemerdekaan kita. Tetapi UNO yang banyak
mengandung pertentangan dalam dirinya sendiri itu bisa dipergunakan sebagai
“TRIBUNE” (mimbar) untuk mempengaruhi suara-umum di dunia! Asal saja kita
jangan terlibat dalam salah satu pihak yang bertentangan, maka atas azas yang
dijunjung tinggi oleh UNO sendiri itu, kita bisa mendapatkan sedikit manfaat
bagi pembelaan Kemerdekaan Indonesia. Sekali lagi, asal kita awas, supaya
jangan diperlakukan oleh salah satu pihak yang bertentangan. Sampai sekarang
nyatalah Republik Indonesia terus diperkudakan saja oleh KTN. Ini amat
berbahaya bagi kita sekalian!
UNO atau Negara Imperialisme manapun juga tak
pula perlu terlalu kita taati dan takuti begtiu saja. Tegasnya KTN wakil tiga
Negara (Imperialis) tak perlu kita “ya-tuan-besarkan” saja!!!
PERTAMA SEKALI: Republik Indonesia bukanlah
anggota UNO. Maka putusan, yang tiada diambil BESERTA Persetujuan Wakil
Republik, sebagai anggota penuh dari UNO itu, adalah bertentangan dengan
kemerdekaan, kepentingan dan kehormatan bangsa Indonesia.
KEDUA: Meskipun kita belum mempunyai tank,
kapal-selam dan pesawat-terbang, tetapi dengan segala kekuatan yang tersembunyi
dalam tanah dan 70 juta Rakyat Indonesia, maka kita niscaya akan sanggup
menegakkan kemerdekaan 100 %.
KETIGA: Inggris-Amerika akan terus membantu
Belanda selama mengandung harapan akan dapat membeli getah, minyak, kina dan
lain-lain dari Belanda.
Tetapi kalau Inggris-Amerika yakin, bahwa dari
Republik mereka akan bisa membeli getah, minyak, kina dan lain-lain dengan
harga yang jauh lebih rendah, maka mereka mungkin sekali akan meninggalkan
Belanda dan berurusan langsung dengan Republik. Asal Republik terus
memperlihatkan gigi-tajamnya! Tidak seperti sampai sekarang.
KE-EMPAT: dari pada membantu politik kolonial
Belanda tetapi cuma menyaksikan ASAP DAN ABUNYA getah, minyak dan kina saja,
maka Amerika-Inggris tentu lebih suka menjauhi Belanda, dan mendekati getah,
minyak, kina, kopra, timah, kopi Republik, yang belum hangus dan murah.
Ringkasnya: dengan bambu-runcing, granat,
karabin, mitraliyur, mortir dan BOTOL API berapapun lamanya, dan berapapun
sukarnya, akhirnya akan sanggup menegakkan kemerdekaan 100 %, baik dengan UNO
atau tanpa UNO!!!
XVI. SERBA-SERBI (Penutup).
1. Tentara dan Laskar.
Tentara yang menjadi idaman kita, ialah Tentara
Rakyat. Tentara Rakyat, ialah Tentara yang terdiri dari Rakyat, yang berjuang
untuk kepentingan dan cita-cita Rakyat.
Dalam masa revolusi, maka kewajiban Tentara
Rakyat ialah revolusi itu. Tentara Rakyat, adalah Tentara Revolusioner, yaitu
Tentara yang berpolitik revolusioenr, latihan, persenjataan, organsiasi
adminstrasi dan siasat-perang Tentara-Rakyat diselenggarakan oleh Pemerintah
Rakyat pula.
Pemerintah Rakyat itu adalah satu pemerintah,
yang ber-kemauan dan ber-politik cocok dengan kemauan dan politik Rakyat yang
BER-REVOLUSI.
Laskar Gerilya, ialah laskar Rakyat juga! Tetapi
Laskar Gerilya mengutamakan taktik perang Gerilya dan terdiri dari satuan-kecil
atau gabungan dari beberapa satuan kecil. Laskar Gerilya bisa menyamar sebagai
tani atau buruh! Tetapi sanggup pula menyerbu secepat-kilat dan hilang lenyap
seperti angin kembali ke tengah Murba pekerja. Laskar Gerilya MEMBANTU tentara
Rakyat dikedua sayap atau di belakang front-musuh; mengacau-balaukan pos,
convooi, perlengkapan dan persiapan musuh.
Laskar Gerilya didirikan atas inisiatif Rakyat
Murba, serta dibelanjai oleh Rakyat. Diaman Tentara Rakyat tak ada, maka
Tentara Gerilya boleh mengambil pimpinan sendiri atas segala-gala. Dalam hal
ini Laskar Gerilya boleh membentuk, memimpin dan mengerahkan Laskar Rakyat
besar-besaran atas dasar taktik-gerilya dan dengan laskar Gerilya sebagai pelopor.
Laskar Gerilya dapat diterima menjadi bagian dari
pada Tentara Rakyat! Demikian pula Tentara Rakyat boleh mengutamakan
Taktik-Gerilya secara besar-besaran.
Tentara Rakyat, Laskar Rakyat dan Laskar Gerilya,
bukanlah Tentara FEDERAL atau tentara yang saja dan dibentuk oleh KERJA-SAMA
dengan Belanda. Opsir KNIL atau KMA dalam seluruhnya Revolusi ini belum pernah
menunjukan inisiatif, kecakapan dan keulungan LEBIH dari pada opsir bentukan
Jepang dalam tiga atau enam bulan. Boleh dikatakan hampir seluruh Tentara
Laskar dan Barisan Rakyat yang berjasa dalam Revolusi, adalah hasil INISIATIF
dan JASA Rakyat/Pemuda. Didikan serta latihan kader opsir cap KNIL dan KMA akan
memakan ongkos terlampau besar yang tiada dapat dipikul Rakyat yang sudah
miskin itu. Bagaimana didikan dan latihan KADER OPSIR Republik sesudah Merdeka
100 %, kelak akan ditentukan oleh FILSAFAT POLITIK dan sifatnya Republik
Inodneisa, serta oleh kemajuan INDUSTRI Indonesia pula. Ini adalah urusan
Rakyat Indonesia semata-mata. Bukannya urusan Belanda, ataupun urusan yang
boleh dicampuri oleh Belanda! Dalam perang dunia yang baru lalu sama sekali
Belanda tak menunjukkan keulungan dalam kemiliteran.
Kita tak boleh mengizinkan Belanda kembali
IKUT-SERTA membentuk nama apa saja. Semua macam tentara yang dibentuk Belanda
itu tentu Tentara di Indoensia, dengan nama TENTARA FEDERAL, atau dengan akan
bersifat KOLONIAL. Tentara federal itu akan berarti satu Tentara yang terpisah
dari Rakyat atas ongkosnya Rakyat, buat menindas Rakyat itu sendiri. Mempercayakan
70 juta Rakyat kita kembali kepada Tentara yang dibentuk oleh tukang warung
Belanda berarti memancing kembalinya MALAPETAKA, seperti pada tanggal 8 Maret
1942!!!
2. Susunan Laskar Gerilya.
Sebenarnya Laskar Gerilya tak memandang kelas
(golongan) di antara Rakyat Indonesia. Anak Ningrat, anak saudagar, anak buruh
atau anak tani boleh menjadi anggota Laskar Gerilya atau memimpin satu pasukan
Gerilya. Asal saja dia menganut politik dan program kemerekaan 100 %. Yang
menjadi ukuran terakhir baginya ialah kejujuran dalam politik kemerdekaan itu,
kecakapan bertempur atau memimpin.
Tetapi umumnya dalam hal susunan itu berlaku pula
pepatah: ASAL MINYAK-KEMINYAK, ASAL AIR-KEAIR. Kaum buruh pabrik atau tambang
senang berkumpul dengan bruh pabrik atau tambang pula. Kaum tani kebun atau
desa lebih mudah pula berkumpul dengan jembelan kota. Karena saling lekas
mengerti, saling lekas merasa, lantaran persamaan pekerjaan, kepentingan dan
persoalan hidup, maka mereka lekas pula berikatan jiwa satu dengan lainnya.
Saling mengerti dan saling merasa itulah
pangkalnya usaha tolong-bertolong. Dan sifat suka tolong-bertolong itulah pula
jiwanya sesuatu susunan (organisasi) apa lagi susunan untuk bertempur.
Begitu pula buat melancarkan pimpinan serta
komando pertempuran, maka sebaiknyalah pula para opsir dipilih dari
masing-masing golongan pasukan, buruh dipimpin oleh opsir buruh, pasukan tani
oleh opsir tani, jembel kota oleh intellekt jembel dan sebagainya, di sekitar
masing-masing. Sudahlah tentu, opsir dari golongan apapun juga, asal jujur dan
setia kepada pasukannya boleh menjadi opsir.
Supaya boleh dicocokkan dengan keadaan yang sudah
ada disekitar kita sekarang, maka PEMANDANGAN HIDUP dan HALUAN POLITIK pun
boleh pula dipakai sebagai ukuran. Laskar dan BARISAN sekarang mengambil dasar
keagamaan, dan haluan politik kebangsaan atau kemurbaan. Kita kenal ketabahan
Laskar Hizbullah, yang bersandar pada keagamaan itu. Kita kenal pula pada
kekuatan Barisan Banteng, serta ketangkasan Barisan Pemberontak. Laskar Rakyat
dan sebagainya, yang bersandar kepada politik kebangsaan dan kemurbaan.
Semuanya ini tiada menjadi halangan untuk membentuk Laskar Gerilya atau
menggabungkan beberapa Laskar yang ada. Yang terpenting buat sesuatu Laskar
Gerilya ialah TAKTINYA berjuang dan CARANYA menggabungkan dirinya dengan
Masyarakat disekitarnya.
Ringkasnya Laskar Gerilya boleh disusun pekerjaan
(golongan) boleh pula menurut Pandangan Hidup dan Haluan Politik (keagamaan,
kebangsaan atau kemurbaan-keproletaran).
3. Tempatnya Gerilya.
Dalam pertempuran yang dilakukan di dalam Daerah
Republik, maka Laskar Gerilya seharusnya dan sedapatnya kerja sama dengan
pimpinan Tentara Republik yang berjuang, laskar Gerilya membantu Tentara Resmi
disemua tempat yang ditunjukkan oleh Tentara resmi revolusioner. Dalam hal ini,
maka laskar Gerilya melakukan pekerjaan disayap kiri atau sayap kanan musuh
atau di belakang frontnya musuh itu.
Tetapi Laskar Gerilya harus memegang teguh
pendiriannya, yakni kemerdekaan 100 %. Dia akan meneruskan perjuangannya
terbuka atau tertutup sebelum kemerdekaan 100 % itu tercapai. Dalam keadaan
“Gencatan Senjata” maka dia terus berpedoman kepada kemerdekaan 100 %. Dia akan
mau berhenti, kalau kemerdekaan 100 % terjamin. Dan dia akan terus berjuang,
terbuka atau tertutup, ialah menurut kekuataannya. Kalau “gencatan senjata” itu
tiada berarti kemerdekaan 100 %, ialah Kemerdekaan dalam hal politik, ekonomi,
urusan luar negeri, kemiliteran dan keuangan buat seluruhnya Indonesia.
Berhubung dengan haluan politiknya itu maka organisasi Laskar Gerilya terlepas
dari pada organsasi Tentara Resmi atas dasar:
LAPISAN PENYUSUN
DAN BERSATU MENGGEMPUR!
Di daerah pendudukan Belanda dan di daerah atau
di pegunungan yang terkepung oleh Tentara musuh, maka Laskar Gerilya adalah
sumber dari segala-gala. Dalam hal ini Laskar Gerilya akan memimpin
pertempuran, politik, sosial dan perekonomian Rakyat. Disinilah Laskar Rakyat
menyandarkan taktik-Gerilya itu kepada politik dan ekonomi. Disinilah Sang
Gerilya memegang dan menyelenggarakan GERPOLEK sebagai senjata yang maha tajam
untuk mengkikis semua kekuasaan musuh dari seluruhnya bumi Indonesia.
4. Beberapa petuah militer pegangan Napoleon.
Seorang hulubalang:
- haruslah mempunyai otak yang terang bak-gelas.
- haruslah tangkas bertindak mengatasi musuh.
- haruslah menganggap Kehormatan-Pahlawan lebih mahal dari pada jiwanya sendiri.
- haruslah sanggup berjalan 20 KM sehari dan bertempur.
- menganggap ketabahan dan keuletan lebih penting dari pada keberanian.
- haruslah insyaf, bahwa Pasukan-Kecil yang bergerak dengan cepat sama sekali atau lebih hebat dari pada Pasukan-Besar yang bergerak lambat.
- haruslah pusatkan serangan terhadap satu urat-nadi musuh.
5. Beberapa syarat untuk Sang Gerilya.
- Cakap membikin rencana dengan cepat-tepat.
- Komando harus tegas-tangkas dan ditaati.
- Mempunyai keuletan, tekad, ketabahan dan keberanian.
- Mempunyai semangat pantang kalah.
- Bisa cepat menyerbu dan cepat menghilang.
- Bisa cepat-tepat mengukur kekuatan musuh dan menyerang gelang rantai yang lemah pada saat yang terbaik.
- sanggup terus menerus memegang inisiatif dengan terus-menerus pula menyerang musuh!!!
6. Minimum Program Persatuan Perjuangan.
Mungkin Sang Gerilya berada di tempat yang belum
ada Pasukan, Partai atau Badan Ekonomi. Dalam hal itu dia perlu membentuk
semuanya dari permulaan.
Mungkin dia berada ditempat yang sudah ada satu
atau beberapa Pasukan, satu atau beberapa Partai dan Badan Ekonomi. Dalam hal
ini baiklah dia meng-koordinir semua Pasukan, Partai dan Badan yang sudah ada
itu. Soal ini penting sekali untuk menghindarkan pertikaian dan kekacauan di
antara kita sama kita. Dan sebaliknya supaya ada kebulatan tekad dan aksi di
antara kita.
Mungkin pula Sang Gerilya harus menggabungkan
Daerah yang sudah dikuasainya dengan satu atau beberapa daerah lain di
Indonesia, sampai dia mendapat Gabungan Nasional.
Untuk mendapatkan kebulatan tekad dan aksi perlu
sekali diadakan PROGRAM BERSAMA yang mengikat SEMUA aliran dari segala Pasukan,
Partai dan Badan.
“Persatuan Perjuangan” pada musim “Jaya Berjuang”
memperoleh PERSATUAN TUJUAN itu pada MINIMUM POGRAM seperti di bawah ini:
- Berunding atas pengakuan Kemerdekaan 100 %.
- Pemerintah Rakyat (dalam arti sesuainya haluan Pemerintah dengan kemauan Rakyat).
- Tentara Rakyat (dalam arti sesuainya haluan Tentara dengan Kemauan Rakyat).
- Melucuti Tentara Jepang (sudah berlaku).
- Mengurus Tawanan bangsa Eropa (sudah berlaku).
- Menyita (membeslag) dan menyelenggarakan pertanian musuh (kebun) (telah dilaksanakan oleh Buruh Tani sendiri).
- Menyita (membeslag) dan menyelenggarakan perindustrian musuh (Parbik, bengkel tambang dll).
(buat keterangan lebih lanjut bacalah Siaran yang
berkepala : MINIMUM PROGRAM Persatuan Perjuangan UNITED ACTION).
Untuk mengetahui ORGANISASI dan lain-lain bacalah
PUTUSAN KONGRES PEMBENTUKAN “PERSATUAN PERJUANGAN” pada tanggal 15 dan 16
Januari 1946 di Solo.
Buat mengetahui perbedaan MINIMUM PROGRAM
Persatuan Perjuangan dengan 5 fasal PROGRAM PEMERINTAH bacalah pula siaran
Persatuan Perjuangan pada tanggal 14-3-1946 yang berkepala: SAMAKAH PROGRAM
PEMERINTAH DENGAN PROGRAM PERSATUAN PERJUANGAN???
7. Gagak dan Serigala.
Adalah seekor burung gagak yang mencuri sepotong
dendeng. Dia hinggap pada dahannya suatu pohon. Kemudian datanglah seekor
serigala mendekati burung gagak itu. Karena tempatnya burung itu terlampau
tinggi, maka tiadalah serigala itu dapat merebut dendengnya burung gagak itu.
Maka dipikirkannyalah suatu muslihat supaya mendapatkan dendeng yang
diingininya itu.
Dia tahu, bahwa gagak itu adalah seekor burung,
yang buruk rupa dan lebih buruk suara, tetapi dia tahu pula, bahwa gagak itu
adalah seekor burung yang uju, tak kenal keburukannya sendiri dan senang dipuja
orang! Dan Maksudnya serigala, ialah hendak memperoleh daging, yang ada
diparuhnya gagak itu.
Maka mulailah serigala itu mengucapkan pujiannya
seperti berikut:
“Hai burung gagak yang cantik molek berwarna
bagus bersuara merdu pula. Alangkah besar hatiku dan terima kasihku kepadamu,
jika kamu memperdengarkan suaramu kepadaku”.
Senanglah konon hatinya burung gagak mendengarkan
pujiannya serigala itu. Dengan segera dibukannyalah mulutnya buat
memperdengarkan suaranya, yang benar-benar disangka merdu itu.
Syahdan setelah itu dia membuka mulutnya untuk
menyanyi itu, maka jatuhlah dendeng tadi dari mulutnya.
Sambil burung gagak masih asyik memperdengarkan
suaranya dari atas dahan kayu, yang tinggi itu, maka serigala dengan segala
cuka-cita memungut daging yang jatuh itu dan memakannya sampai habis……………..
Komentar:
Di zaman lampau, maka Pembesar Negara itu tiada
suka mendengarkan kritik dari orang bawahannya. Tetapi pujangga yang cerdik
insyaf pula akan kebenaran pepatah: Binatang tahan palu, manusia tahan kias.
Camkanlah arti yang dalam dari pada
Diplomasi-Serigala-Licik itu dengan Gagak-Pelagak (vain iydel) itu!!!
Mungkin boleh sambil ibaratnya buat menafsirkan
Diplomasi Indonesia-Belanda sampai sekarang!!!
8. SANG GERILYA.
Ditengah-tengah Masyarakat Rakyat Murba,
Ikut-serta bekerja di-sawah, kebun, pabrik dan
tambang,
Diwaktu tiada berlatih atau berjuang!
Berlaku sebagai guru kepada murid,
Dan sebagai jururawat kepada yang sakit.
…………………………………….
Tetapi sekonyong-konyong laksana Kilat-Halilintar
…………………………………….
Mengejar halaukan musuh yang tersebar, kesasar!
…………………………………….
Langit atap-rumahnya, rumput kasurnya,
Mortir, mitraliyur karabin bantalnya
Atau dengan granat dan bambu-runcing,
Dalam panas hujan dia berbaring ………………..
…………………………………….
Sampai musuh hancur atau terpelanting!!!
Kembali dia ketengah Masyarakat-Rakyat-Murba
Sebagai Sang Gerilya
Putera dan Puteri, Tua dan Muda
Sampai Indonesia-Merdeka!

Posting Komentar