Desaku,
mengapa kau tak seramah dahulu?
Tiada lagi bait-bait Puisi, beromansa harmoni
Yang tersisa hanya tatapan sinis penuh curiga
Disini tiada lagi burung-burung bernyanyi
Sungai-sungai kau biarkan terkontaminasi
Sawah dan ladang berlahan mulai mengering
Pepohonan serta rimba tinggal tunggul dan arang
Apakah kau tidak merindukan masa-masa lampau.?
Dimana kau dan aku sering bermain ditepian
Sambil mengamati bocah-bocah tertawa dan menari
Sementara gadis-gadis memetik buah dipinggir hutan
Terkadang tiupan angin membuat rambutnya terurai
Ingin aku ukir bintang dilangit, tuk menerangi gelapmu
Agar kau tahu ratapan pilu ibu pertiwi
Tentang Tanah Air kita yang tergadai
Pamulang, 9 Semtember
2014
kami menulis Puisi ini, sebagai bahan Kritik Untuk teman-teman Alumni dari bebagai Perguruan Tinggi, Khususnya Alumni Jabodetabek, Pekanbaru, Padang dan Medan. yang Telah Menjadi Birokrat dan Elit Politik di Kabupaten Padanglawas yang telah salah orentasi dalam perjuangan pembangunan daerah kabupaten padanglawas yang mayoritas masyarakatnya bergantung pada hasil pertanian.yang semestinya dalam pembangunan didaerah kabupaten padanglawas melindungi hak-hak Petani secara Hukum bernegara dan adat istiadat.