Headlines News :

Terpopuler

Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Ratapan Pilu





Desaku,
mengapa kau tak seramah dahulu?
Tiada lagi bait-bait Puisi, beromansa harmoni
Yang tersisa hanya tatapan sinis penuh curiga
Disini tiada lagi burung-burung bernyanyi

Sungai-sungai kau biarkan terkontaminasi
Sawah dan ladang berlahan mulai mengering
Pepohonan serta rimba tinggal tunggul dan arang
Apakah kau tidak merindukan masa-masa lampau.?
Dimana kau dan aku sering bermain ditepian
Sambil mengamati bocah-bocah tertawa dan menari
Sementara gadis-gadis memetik buah dipinggir hutan
Terkadang tiupan angin membuat rambutnya terurai
Ingin aku ukir bintang dilangit, tuk menerangi gelapmu
Agar kau tahu ratapan pilu ibu pertiwi
Tentang Tanah Air kita yang tergadai
Pamulang, 9 Semtember 2014

kami menulis Puisi ini, sebagai bahan Kritik Untuk teman-teman Alumni dari bebagai Perguruan Tinggi, Khususnya Alumni Jabodetabek, Pekanbaru, Padang dan Medan. yang Telah Menjadi Birokrat dan Elit Politik di Kabupaten Padanglawas yang telah salah orentasi dalam perjuangan pembangunan daerah kabupaten padanglawas yang mayoritas masyarakatnya bergantung pada hasil pertanian.yang semestinya dalam pembangunan didaerah kabupaten padanglawas melindungi hak-hak Petani secara Hukum bernegara dan adat istiadat.

The Teardrop of Palestine


When we’re born the universe so happyBut look at in Palestine
There’s no happiness along with cry of babies
Who do not ever be born in Gaza
The teardrop…
Following scratch in old face
Between booming noises and guns
It compelled them come of age
Then to die off before be acquinted with world
Is there any love?
Why we let it war take the cries born of them
Die off behind fume along with their mother

Air mata mengalir


: Palestina
Saat kita terlahir alam semesta begitu bahagia
Namun lihat disana, dinegeri palestina

Tiada kebahagian mengiring tangis bayi-bayi
Yang tak pernah meminta terlahir digaza
Air mata mengalir
Mengikuti goresan wajah tetua
Diantara dentuman meriam dan senjata
memaksa meraka dewasa sebelum waktunya
kemudian mati muda sebelum mengenal dunia
Apakah masih ada cinta.?
Mengapa kita biarkan Perang Merebut Tangisan Kelahiran mereka.?
Kemudian mati dibalik Kepulan Asap bersama ibunya. 

Belenggu Birokrasi


melangkahkan kaki dalam kegelapan
diiringi gerimis dan petir menyambar
pergi kehutan menemui para petani yang kelaparan
terdampar ditepi pantai yang ada hanya nelayan lunglai
mencoba pejamkan mata namun tak sanggup bermimpi

saat senja tiba
adzan magrib pun berkumandang
kutemui santri Revolusi
yang merindukan kemenangan
lantas aku berlari kejalan kemudian berteriak melawan

aaaaaaa...
aku bangunkan mereka yang bermimpi
dibawah belenggu birokrasi dan penindasan
menyatu dalam barisan dan melangkah
menuntut kepastian dan keadilan
kompetisi kapital pun saling menjatuhkan

VIKTOR 15 JUNI 2014

Mencaci Bayangan



oleh Baginda Ali Zubeir Hasibuan

Menyimpan tawa dan air mata dipangkuan pantai
saat bunga-bunga mulai tumbuh,
menghiasi taman sanubari

Masa juga hari kemarin
terkubur bersama pasir,
kemudian terseret ombak tanpa jejak.
hingga tiada tarian kenangan
taatkala kabut malam menyapa

Mencaci bayangan pada angan
tuk temui hari esok
tanpa gentar, ulas senyum dan tangisan
Menyisir berjuta langkah
pada serpihan kaca dan duri

kodrat petarung tak ingin dikasihani

Pamulang 6 Juni 2014

Kasih Dalam Pendam


Oleh Baginda Ali Zubeir Hasibuan 

Tatapan rembulan pada gelombang lautan
bercumbu dengan lipatan kertas terapung
saat semilir angin bertiup spoi-spoi
dipangkuan pantai dan pasir yang lunglai


tetesan air mata disertai senyuman
mengiringi bait-bait sajak penyair berlantun
bintang gemintang turut berbisik
tentang kasih dalam pendam


sementara burung pungguk bernyanyi lirih
saksikan dara sesali diri
ketika cinta tak sampai


pamulang 5 juni 2014

Harapan


Oleh : Muhammad Yusuf Gandhi

aku berjalan dilorong yang gelap
menemui secerca harapan
untuk terus berkarya
demi bangsa dan negara

Tuhan.....
aku memohon do'a
serta ampunan
tuk berikhtiar
menuju ampunanmu

bogor, 6 April 2014

Bus Kota


Oleh Muhammad Yusuf Gandhi

Knalpot Bising
sebabkan polusi
riuh sesak
hadirkan gurau
dari pelanggan setia

Fisikmu lusuh meluruh
namun tetap beri
kenyamanan abadi
sebagai permersatu
antar kaum kelas bawah

17 April 2014

Kereta Apiku


Oleh : Muhammad Yusuf Gandhi

Warnamu indah berkilau
jalanmu cepat sekali
klaksonmu menderu
pertanda kau akan datang

namun kini kondisimu
sungguh ironis
kau nampak kusam sayu
tapi kau tetap
melayani sepenuh hati
oh.... keretaku
teruslah kamu
melayani negeri.

Bogor, 6 April 2014

Gagal Mandiri



Oleh Baginda Ali Zubeir hasibuan

Mati bersama mimpi tentang jaya ibu pertiwi
sampai jasad ditelan bumi tiada pernah ingkari janji
entah mengapa generasi hidup senang mencuri
waktu pun turut dikorupsi
juga senang jajah bangsa sendiri

Negara gagal mandiri,
Pancasila dan Konstitusi dikhianati
mengatas namakan reformasi
perpecahan bangsa pun menanti
siapa yang salah kini.?

Ada yang jawab ngeri
reformasi mengubah konstitusi
penguasa ingkar janji
menurut kami lebih baik kembalikan cita-cita dan mimpi
bangsa dan negeri pun mandiri tanpa intervensi

pamulang, 15-11-2011

Asuh Bermakna Kasih



 oleh : Baginda Ali Zubeir Hasibuan

Serdadu langit menghujam bumi
merintang langkah tetua pemuja makna
untaian kata tak bermaksud puji
seruputan kasih menebar asih generasi masa
masihkah ada asa?
masihkah ada rasa?
tentang asuh bermakna kasih

pamulang, 12-4-2014

Apakah ada yang abadi?



 Oleh : Baginda Ali Zubeir Hasibuan

Saat embun pagi lembut membelai kulit
ditemani sebatang rokok dan secangkir kopi
ingatanku dicumbui lembaran-lembaran noda
memilah kata dusta dan kebenaran

Kokok ayam menanti mentari
semua mata terpejam larut dalam mimpi
aku menyapa bayangan dengan imaji

Apakah ada yang abadi?
melihat malam selalu kembali dan hari pun turut berganti
gerak, waktu, sifat dan tempat turut berrotasi
menanti kepastian dan kebenaran yang murni.


Pamulang 10 Juni 2012

Sekeping Masa Lalu



Oleh Baginda Ali Zubeir Hasibuan

Hanya sekeping masa lalu
yang terkubur bersama jejak langkahku
termakan budi,
mengapa harus mencari?

Bila memang budi tiada mungkin dibeli
mengapa harus kembali?
aku telah memilih disini
diantara pecahan beling dan duri
tiada alasan untuk bersatu lagi
biarkan aku bahagia dalam sendiri

Jakarta, 7 November 2012

Bisikan Nurani

Oleh : Baginda Ali Zubeir Hasibuan


Saat malam membelai jiwa
tubuh pun lunglai dalam sepi
bisikan nurani terdengar lagi
mengapa kamu disini?
mengapa kamu biarkan mereka tertatih-tatih?

Panggilan naluri bergeming

disisi lain terdengar suara miris
biarkan mereka meraba dalam gelap
terbawa kesombongan dan keangkuhan
Tuhan saja menjanjikan ganjar
untuk mereka yang tak mau belajar

bayangan bercumbu dengan kenangan
diiringi lagu seorang pejuang
yang tidak pernah ragu dengan tantangan
dan akan terus berteriak dengan lantang

Pamulang, 11 Mei 2012

Enggan Terpejam

Oleh Ali Zubeir Hasibuan


: Pilo Poli
Mata ini enggan terpejam
mendengar jemarimu terus menari
bersama mantra-mantra karya
penyejuk jiwa-jiwa yang suci

mata ini enggan terpejam
ingin melewati setiap detik bersamamu
merangkai kata dengan kreativitas
penyampai nilai pada makna

mata ini enggan terpejam
menyisir waktu dalam belaian embun
bersama nyanyian imajinasimu dan imajinasiku
menyambut mentari di sudut kota
jauh dari hiruk-pikuk dan drama Setan

Pamulang 15-5-2014
 

histat

Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2014. Komando Strategi Mahasiswa Merdeka (KOSTUM MERDEKA) - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger